Khofifah bercerita bagaimana kondisi negara Afganistan yang berbanding terbalik dengan kondisi yang ada di Indonesia karena dihantui rasa tidak aman.
Dia mengatakan, Presiden Jokowi pernah bertemu dengan Presiden Afganistan Ashraf Gani sebelum jatuh di tangan Taliban, yang merasa kaget dengan situasi di Indonesia.
"Beliau tanya jumlah suku di Indonesia dan dijawab Pak Jokowi ada 714 suku, beliau kaget kok bisa tenang, damai dan rakyatnya rukun, di Afganistan ada 7 suku tapi kalau bertengkar sering, di sana gowes sepeda, beribadah tidak bisa tenang karena negaranya tidak aman, harus bersyukur kita hari ini," ungkapnya.
Saat ditanya soal bagaimana menangkal kelompok radikal yang masuk dalam dunia pendidikan, menurutnya hal itu bisa terjadi di semua agama.
Khofifah menyampaikan seluruh elemen harus masyarakat memiliki tugas dan rasa tanggungjawab yang sama untuk membangun kehidupan dengan ruang moderasi, ruang toleransi, saling menghormati dan menghargai.
"Itu harus terus disemai, kita sebetulnya di NU punya basis yang dijadikan referensi, harapannya juga umat Islam di seluruh Indonesia sesuai dengan lima item pada keputusan Munas Alim Ulama pada Desember 1983 supaya tidak terjadi dispute dalam memahami hubungan antara Islam dan Pancasila," katanya.
Orang nomor satu di Jawa Timur itu mengungkapkan pentingnya penguatan pemahaman tentang Ahlussunnah Wal JamÄ'ah (Aswaja) yang harus menjadi pondasi dalam berkehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Selain itu, untuk menjaga dan mengawal NKRI penting untuk mensosialisasikan dan menerapkan landasan kehidupan sesuai akronim dari PBNU yaitu Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang