Dia menceritakan, untuk bisa mengikuti lomba di Rusia tersebut, Ning Nida harus menjuarai Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat nasional yang resmi diadakan oleh pemerintah.
“Selanjutnya, ketika ada undangan pengiriman peserta untuk ajang tingkat Internasional, maka nama saya yang dipanggil Kemenag,” tutur Ning Nida.
Ning Nida juga menceritakan pengalamannya selama mengikuti lomba MHQ di Rusia. Warga masyarakat di Rusia dinilai ramah dan menyambut hangat para tamu.
“Yang tidak kalah penting, selama di Rusia adalah ilmunya. Karena kita dikoreksi oleh para syekh dan Mufti (Orang yang diberi wewenang untuk menghasilkan fatwa dengan cara ijtihad) dari berbagai negara. Ada dari Mesir, Turki, Arab Saudi, dan negara lain,” ujar Ning Nida.
Baca juga: Gunakan Cantrang di Perairan Kalsel, 5 Kapal Asal Jateng dan Jatim Dibakar Nelayan
Meski meraih juara 1 MHQ tingkat internasional, tidak lantas membuat Ning Nida berbangga diri.
Kemenangan tersebut dinilai merupakan amanah karena menyangkut kitab suci Al Quran.
“Nanti juga di Indonesia, di masyarakat, agar masyarakat juga bersemangat dalam belajar dan menghafalkan Al Quran. Semoga bisa menjadi motivasi untuk mereka semua,” terang Ning Nida.
Ning Nida masih memiliki keinginan besar mengajarkan Quran. Dia ingin mendidik para hafizah di Trenggalek dengan mengembangkan standardisasi bacaan Al Quran.
"Karena bacaan Al Quran standar MHQ itu berbeda-beda dengan bacaan Quran di desa-desa," kata Ning Nida.
Maka dari itu, ia merasa para hafidz dan hafidzah perlu memahami standarisasi bacaan dan hafalan Al Quran sejak dini.
"Kalau tidak dibiasakan, maka kita akan kesulitan ketika ikut lomba tingkat internasional," sambung Ning Nida.
Baca juga: BMKG: Banjir Rob di Jatim karena Fenomena Full Flower Blood Moon