Berhasil finish peringkat 5 ternyata menjadikannya semakin bersemangat.
Latihan demi latihan dilahapnya untuk meraih sukses. Alhasil, tahun berikutnya ia telah mampu finish ke 3 di kejuaraan yang sama.
Baca juga: 2 Atlet Asal Kota Malang Raih Medali di SEA Games, KONI Upayakan Bonus Tambahan
Setelah itu, mulai banyak tim yang menawarinya untuk bergabung.
Fanani kemudian bergabung dengan tim Megar dari Kota Batu sebelum menjatuhkan pilihannya kepada tim Trail Victory sejak 2010 hingga sekarang.
"Setelah peringkat 3 itu langsung banyak tawaran, dan alhamdulillah bisa konsisten performanya sampai sekarang," tambahnya.
Setelah itu, berbagai kompetisi mulai diikutinya. Mulai dari PON yang membuatnya membawa pulang medali emas, hingga kejuaraan internasional seperti Asia Championship di Lebanon, India, China, Filipina, Malaysia, dan Timor Leste meski belum meraih hasil maksimal.
Prestasi terbaiknya saat itu finish di peringkat ke-10.
Baca juga: Cedera dan Robek di Pelipis, Tak Halangi Puja untuk Meraih Medali SEA Games
Cerita haru sempat menyelimuti perjalanannya dalam Tour Asia Championship. Saat itu, ia tidak bisa mendampingi sang istri melahirkan putra keduanya yang diberi nama Abi.
"Waktu saya mau naik pesawat dikabari istri mau lahiran. Jadi di pesawat itu saya berdoa terus. Sampai di Hongkong transit, saya buka HP, sudah lahir anak saya ini, langsung nangis waktu itu," cerita Fanani.
Sebelum meraih sukses di SEA Games Vietnam, ajang sebelumnya yang dihelat di Filipina, Fanani hanya finish nomor 5.
Ia juga sempat tak diberangkatkan saat Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 2018.
Namun, hal itu tidak memutus semangat Fanani untuk sukses.
Baca juga: Harumkan Nama Tanah Air, Tiga Mahasiswa Unnes Sumbang Medali dalam SEA Games di Vietnam
Sebelum berangkat untuk bertanding di SEA Games Vietnam, ia berbicara kepada sang istri jika dirinya ingin sekali menangis di podium sebagai juara yang bisa mengharumkan nama bangsa.
Doa dan dukungan dari istri, anak, dan keluarga akhirnya berbuah manis. Medali emas Sea Games berhasil dibawanya pulang meski prosesnya tidak mudah.
Ia lagi-lagi harus meninggalkan istrinya yang tengah hamil untuk mengikuti training camp di Yogyakarta.
"Sebelum berangkat TC saya bilang ke istri kalau pingin nangis di podium, istri bilang yang penting semangat dan terus latihan," tambahnya.
Bersama dengan tetangga desanya, Ihza Muhammad, yang dibimbingnya sejak kecil, ayah dari 3 anak itu dapat mengharumkan nama Indonesia di kancah Internasional.
Fanani bercerita bahwa kunci suksesnya untuk sampai pada titik ini selai latihan yang tekun dan konsisten, sabar, serta ikhlas.
"Kuncinya sabar dan ikhlas, selain latihan yang tekun," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.