GRESIK, KOMPAS.com - Tradisi malam selawe atau malam 25 Ramadhan di kawasan wisata religi Sunan Giri, Kecamatan Kebomas, Gresik, Jawa Timur, berlangsung meriah usai dua tahun absen imbas pandemi Covid-19.
Tradisi malem selawe di kawasan wisata religi Sunan Giri sudah berlangsung turun temurun dan rutin diperingati masyarakat sekitar maupun warga Gresik, bahkan luar kota.
Dalam tradisi malem selawe, warga biasa melakukan itikaf dan mengaji di sekitar area makam Sunan Giri.
Pada tahun ini, Pemerintah Kabupaten Gresik kembali mengizinkan tradisi malam selawe digelar.
Baca juga: Mengenal Tradisi Sanggring di Gumeno Gresik, Berbagi Kolak Ayam di Malam Ke-23 Ramadhan
Acara pun berlangsung meriah karena di sisi kanan dan kiri akses menuju makam dan sekitar kompleks pemakaman dipenuhi pedagang berjualan.
"Malem selawe di wisata makam Sunan Giri mampu menjadi penggerak ekonomi masyarakat. Mereka para pedagang, memanfaatkan momentum malem selawe untuk berjualan. Dari mulai kuliner, mainan anak, hingga fashion," ujar Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani saat mengunjungi malem selawe, Rabu (27/4/2022) malam.
Sesuai kepercayaan umat muslim, malam ke-25 Ramadhan merupakan salah satu malam ganjil pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan.
Pada zaman dulu, Sunan Giri mengajak para muridnya untuk meningkatkan ibadah dengan itikaf dan tradisi ini masih dilestarikan warga sampai saat ini.
Baca juga: Tipu Pembelian Spare Part Mobil ke Konsumen, Montir di Gresik Ditangkap
Yani, sapaannya, mengatakan, ada ribuan peziarah yang sempat mengunjungi wisata kompleks makam Sunan Giri saat malem selawe.
Ia bersyukur tradisi kembali dapat digelar sehingga memberi angin segar bagi masyarakat, terutama bagi para pedagang dan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
"Alhamdulillah, masyarakat Gresik terutama pedagang dapat kembali menikmati tradisi malam selawe di wisata religi Sunan Giri. Tentu dapat berdampak positif bagi pedagang terutama pelaku UMKM, sebab ekonominya berangsur pulih dan meningkat," kata Yani.
Serupa dengan tradisi sanggring kolak ayam yang ada di Desa Gumeno, Kecamatan Manyar, Yani berharap, masyarakat dapat terus melestarikan agenda tradisi malem selawe di kawasan wisata religi Sunan Giri karena memberi banyak manfaat.
"Pertama adalah mengasah spiritualitas, yang kedua adalah mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat," ucap Yani.
Baca juga: Menengok Masjid Jami Pekojan, Jejak Peninggalan Bangsa Gujarat di Semarang
Salah seorang warga, Zamroni (31) mengku bersyukur tradisi malem selawe kembali digelar dan berlangsung semarak.
Dua tahun sebelumnya tidak dilaksanakan, sebab ada pembatasan seiring meningkatnya kasus Covid-19.
"Semoga kasus Covid-19 dapat terus melandai, sehingga tradisi malem selawe di Giri bisa terus digelar rutin dan meriah," tutur Zamroni.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.