Sedangkan jatah minyak goreng untuk keperluan industri adalah 180 liter yang jadwalnya pun tidak menentu.
"Dulu enak, tinggal telepon sudah diantar minyaknya, sekarang mesti nunggu kadang ada kadang tidak," keluh Farida.
Tidak jarang Farida menghentikan proses produksi di tengah jalan karena kehabisan minyak goreng.
Dia tidak ingin mengurangi kualitas produk yang telah dirintis ayahnya sejak 42 tahun silam.
Satu wajan minyak goreng hanya digunakan maksimal tiga kali penggorengan keciput.
Baginya, menjaga kepercayaan pelanggan menjadi yang utama seperti yang dipesankan oleh ayahnya.
"Semoga bisa segera normal minyak gorengnya, karena kami tidak ingin mengurangi kualitas produk turun temurun dari Abah," harapnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang