LUMAJANG, KOMPAS.com - Putusnya Jembatan Gladak Perak yang menghubungkan Lumajang-Malang usai diterjang lahar erupsi Gunung Semeru pada 4 Desember 2021, membuat lalu lintas tersendat.
Warga harus melewati jalur berbahaya dan melintasi aliran Sungai Besuk Sat dan Besuk Lengkong di Dusun Curah Kobokan, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, yang sering diterjang banjir lahar semeru khususnya saat hujan.
Baca juga: Jembatan Gladak Perak Putus Diterjang Awan Panas Semeru, Warga Seberangi Sungai, Antre 3 Jam
Tidak hanya itu, kondisi tersebut membuat bus yang biasa mengantarkan penumpang lewat jalur selatan juga tidak bisa lagi beroperasi secara maksimal. Kini, bus hanya bisa sampai di Pasar Candipuro.
Saat ini, pemerintah tengah membangun jembatan gantung di sana, nantinya hanya bisa dilewati maksimal kendaraan roda tiga.
Pantauan di lokasi, pembangunan proyek jembatan gantung ini setidaknya melibatkan ratusan pekerja. Crane penyangga sudah dipasang di empat titik di sisi Kecamatan Candipuro dan sisi Kecamatan Pronojiwo.
Namun, jembatan gantung dengan panjang 120 meter tersebut akan memiliki lebar 1,8 meter saja. Sehingga, jembatan itu tidak bisa dilalui kendaraan besar.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 1.5 BBPJN Jawa Timur-Bali Rizal Sanaba mengatakan, proyek jembatan gantung ini dibangun sebagai langkah penanganan darurat.
Sehingga, warga dan pengendara roda dua bisa mengakses jalur selatan Lumajang tanpa harus berputar jauh.
"Maksimal ambulans kecil itu masih boleh melintas," kata Rizal, Senin (28/3/2022).
Meski dibilang jembatan darurat, keberadaan jembatan gantung sudah lama dinanti masyarakat. Rizal menargetkan jembatan darurat tersebut mulai bisa dilewati masyarakat sebelum Hari Raya Idul Fitri.
"Target kami tanggal 20 April sudah selesai," ujarnya.
Rizal menyebut, pembangunan jembatan darurat ini berlangsung lama karena banyak kendala teknis, geografis, maupun cuaca.
Baca juga: Duel Maut di Lumajang, Seorang Pria Tewas, Pelaku Menyerahkan Diri
Namun, pihaknya menyatakan progres proyek jembatan darurat tersebut sudah berjalan 65 persen.
"Sungai di bawahnya jembatan itu kan sering dialiri lahar, sebenarnya sejauh ini ketinggiannya masih aman-aman saja. Namun karena kami harus mempertimbangkan keselamatan pekerja ketika cuaca kurang bersahabat biasanya pengerjaan kami hentikan dulu," jelasnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.