Misalnya dalam bentrok antara PSHT dan PN kemarin, Polresta Banyuwangi dan IPSI sama-sama menyimpulkan penyebabnya adalah saling ejek yang diwarnai hoaks dan provokasi di media sosial.
Konflik antar perguruan silat di sejumlah daerah di Pulau Jawa, beberapa kali muncul dengan pola yang sama, disebabkan komunikasi yang buruk melalui media sosial.
Misalnya di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur (20/10/2021), yang disebabkan hasutan di media sosial, dan di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah (8/5/2019), yang dipicu informasi hoaks.
Baca juga: Mengaku Anggota Perguruan Silat di Medsos, Mahasiswa Jember Dikeroyok
"Sehingga harapan kami ke depan, ayo, kita lebih bersatu lagi, kita lebih kompak lagi, utamanya dalam menanggapi berita-berita yang sering terjadi saat ini melalui media sosial. Apapun bentuk dari kesalahpahaman itu, tentunya perlu diklarifikasi terlebih dahulu, sehingga kita tahu secara jelas," kata Hidayat lagi.
Dia mengatakan, di situ lah pentingnya kemampuan pendekar-pendekar muda dalam menyikapi informasi, untuk menghindari konflik hanya karena hasutan atau provokasi.
Pihaknya pun berencana mengumpulkan 26 perguruan silat yang terdaftar dalam IPSI Banyuwangi, untuk berdiskusi terkait pemeliharaan ketertiban umum.
Dilansir dari laman resmi Kementerian Pendidikan, Kebudyaaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), bahwa sidang ke-14 Komite Warisan Budaya Takbenda UNESCO di Bogota, Kolombia, pada 2019, telah menetapkan tradisi pencak silat sebagai warisan budaya tak benda untuk kemanusiaan.
Mengutip Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid, bahwa tradisi pencak silat sangat penting bagi Indonesia untuk kepentingan pendidikan, penguatan jati diri dan juga memperkuat kehadiran Indonesia di level internasional.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.