Penggalian data dilakukan kepolisian di dua kubu, di samping penyekatan oleh aparat, untuk mencegah ada lagi gerakan susulan dari dua kelompok.
Secara bergantian atau bersama-sama, setiap hari Forkopimda datang ke tokoh-tokoh masyarakat untuk berkomunikasi mendinginkan suasana.
Langkah itu efektif mencegah munculnya kembali perkumpulan secara fisik di dua perguruan silat, hingga tak ada lagi laporan perkelahian pada Hari Jumat.
Sekretaris Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Banyuwangi Hidayaturrahman mengaku, pada Jumat (11/3/2022) pagi, telah berkoordinasi dengan pimpinan dua perguruan silat.
Baca juga: Gara-gara Memakai Kaus Perguruan Silat, 2 Remaja di Tuban Dikeroyok Rombongan Konvoi
Dia mengatakan, massa dari masing-masing kelompok telah pulang dan situasi telah dingin.
Hidayat menjelaskan, pihaknya sangat prihatin atas kejadian bentrok tersebut, karena telah merugikan masyarakat Banyuwangi, termasuk para insan pencak silat.
Menurutnya, semua perguruan dan aliran silat mengajarkan kaidah-kaidah toleransi, persaudaraan, dan kesopanan, dalam setiap latihan yang mereka gelar.
Baca juga: Keroyok Anak Bawah Umur, 2 Anggota Perguruan Silat di Lamongan Ditangkap, 3 Pelaku Kabur
"Kita tetap harus saling menghormati, saling menjaga, utamanya sesama para pendekar, sesama insan pencak silat. Pencak silat itu kebudayaan asli Indonesia, dan tentunya juga menjunjung tinggi kaidah-kaidah kesopanan, kemudian kaidah saling toleransi, dan lain sebagainya," kata Hidayat melalui telepon, Jumat.
Bila dipetakan, di Banyuwangi pendekar-pendekar senior pencak silat telah memahami pentingnya persatuan, kerukunan, dan terbuka terhadap koordinasi ketertiban umum.
Di sisi lain, pendekar-pendekar muda di akar rumput masih mudah terprovokasi oleh hoaks dan fitnah, hingga sering menyebabkan skala konflik semakin luas.