Salin Artikel

Pesilat Harus Jaga Persaudaraan, Jangan Mudah Terprovokasi

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Dua truk kepolisian terparkir di depan Kantor Desa Sukorejo, Kecamatan Bangorejo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (11/3/2022).

Personel dan mobil kepolisian juga nampak di beberapa titik, termasuk di sebuah persimpangan, sekitar 500 meter sebelah selatan kantor desa.

Sehari sebelumnya, di dekat persimpangan itu, terjadi bentrok antar dua perguruan silat, Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) dan Pagar Nusa (PN).

Kejadian itu menelan satu korban jiwa dan puluhan orang luka, serta menimbulkan trauma pada warga. TNI-Polri pun memperketat keamanan.

"Kalau korban harta, sampean cek sendiri ya nggak seberapa lah. Yang paling dirasakan itu korban trauma, (jangan terjadi lagi) ya harapannya seperti itu," kata Ketua RT setempat, Purnadi, saat ditemui Kompas.com di lokasi kejadian, Jumat.

Dia mengatakan, bentrok di kampungnya terjadi tiga kali, diawali Rabu (9/3/2022) sore. Kedua, pada Rabu malam, dan ketiga, terjadi lagi pada Kamis (10/3/2022) dini hari yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa.

Kepolisian telah melakukan antisipasi, namun jumlah massa sangat banyak. Satu versi mengatakan ratusan orang, versi lain ribuan.

Forum Komunukasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Banyuwangi bergerak bersama-sama pada Hari Kamis dengan menemui pimpinan kedua perguran silat. Mereka bersepakat untuk menyerahkan penyelesaian konflik itu kepada kepolisian, dengan tindakan penegakan hukum.

"Semua telah sepakat untuk melakukan konsolidasi ke dalam dan mendinginkan suasana. Kedua pihak juga sepakat menyerahkan proses hukum pada kepolisian," kata Wakapolresta Banyuwangi AKBP Didiek Harianto, Kamis.

Secara bergantian atau bersama-sama, setiap hari Forkopimda datang ke tokoh-tokoh masyarakat untuk berkomunikasi mendinginkan suasana.

Langkah itu efektif mencegah munculnya kembali perkumpulan secara fisik di dua perguruan silat, hingga tak ada lagi laporan perkelahian pada Hari Jumat.

Sekretaris Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Banyuwangi Hidayaturrahman mengaku, pada Jumat (11/3/2022) pagi, telah berkoordinasi dengan pimpinan dua perguruan silat.

Dia mengatakan, massa dari masing-masing kelompok telah pulang dan situasi telah dingin.

Hidayat menjelaskan, pihaknya sangat prihatin atas kejadian bentrok tersebut, karena telah merugikan masyarakat Banyuwangi, termasuk para insan pencak silat.

Menurutnya, semua perguruan dan aliran silat mengajarkan kaidah-kaidah toleransi, persaudaraan, dan kesopanan, dalam setiap latihan yang mereka gelar.

"Kita tetap harus saling menghormati, saling menjaga, utamanya sesama para pendekar, sesama insan pencak silat. Pencak silat itu kebudayaan asli Indonesia, dan tentunya juga menjunjung tinggi kaidah-kaidah kesopanan, kemudian kaidah saling toleransi, dan lain sebagainya," kata Hidayat melalui telepon, Jumat.

Bila dipetakan, di Banyuwangi pendekar-pendekar senior pencak silat telah memahami pentingnya persatuan, kerukunan, dan terbuka terhadap koordinasi ketertiban umum.

Di sisi lain, pendekar-pendekar muda di akar rumput masih mudah terprovokasi oleh hoaks dan fitnah, hingga sering menyebabkan skala konflik semakin luas.

Konflik antar perguruan silat di sejumlah daerah di Pulau Jawa, beberapa kali muncul dengan pola yang sama, disebabkan komunikasi yang buruk melalui media sosial.

Misalnya di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur (20/10/2021), yang disebabkan hasutan di media sosial, dan di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah (8/5/2019), yang dipicu informasi hoaks.

"Sehingga harapan kami ke depan, ayo, kita lebih bersatu lagi, kita lebih kompak lagi, utamanya dalam menanggapi berita-berita yang sering terjadi saat ini melalui media sosial. Apapun bentuk dari kesalahpahaman itu, tentunya perlu diklarifikasi terlebih dahulu, sehingga kita tahu secara jelas," kata Hidayat lagi.

Dia mengatakan, di situ lah pentingnya kemampuan pendekar-pendekar muda dalam menyikapi informasi, untuk menghindari konflik hanya karena hasutan atau provokasi.

Pihaknya pun berencana mengumpulkan 26 perguruan silat yang terdaftar dalam IPSI Banyuwangi, untuk berdiskusi terkait pemeliharaan ketertiban umum.

Dilansir dari laman resmi Kementerian Pendidikan, Kebudyaaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), bahwa sidang ke-14 Komite Warisan Budaya Takbenda UNESCO di Bogota, Kolombia, pada 2019, telah menetapkan tradisi pencak silat sebagai warisan budaya tak benda untuk kemanusiaan.

Mengutip Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid, bahwa tradisi pencak silat sangat penting bagi Indonesia untuk kepentingan pendidikan, penguatan jati diri dan juga memperkuat kehadiran Indonesia di level internasional.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/03/13/061251178/pesilat-harus-jaga-persaudaraan-jangan-mudah-terprovokasi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke