BANYUWANGI, KOMPAS.com - Sekitar 40 orang perempuan duduk bersama di balai Pura Puseh, di Desa Patoman, Kecamatan Blimbingsari, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa (1/3/2022).
Mereka melipat dan memotong janur kuning untuk hiasan sesaji atau banten yang biasa digunakan umat Hindu dalam beribadah.
Baca juga: Nyepi 2022, Layanan ATM, Data Seluler hingga IPTV Dimatikan, Akses Pelabuhan Ditutup 1 Hari
Di antara tumpukan canang sari dan keranjang berbahan janur, terdengar percakapan dengan logat Bali, Jawa, dan Using, secara bersahutan.
Masyarakat Hindu Desa Patoman akan merayakan Hari Raya Nyepi, Kamis (3/3/2022), dan Odalan atau Peodalan atau perayaan hari lahir pura pada Sabtu (5/3/2022).
"Untuk bikin canang, semua sudah bisa. Intinya kerja sama, kalau kerja sama semua bisa dilakukan. Jangan ngiri teman, karena jadi ibadah masing-masing, untuk dewa yang ada di sini," kata Ketua Serati (Pakar Upakara) Desa Patoman, Wayan Milianti, Selasa.
Baca juga: Ritual Seblang, Tradisi Bersih Desa dan Menolak Bala oleh Suku Osing Banyuwangi
Dia menjelaskan, masalah sesaji, pihaknya merujuk pada tata peribadatan umat Hindu di Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Bali.
Misalnya, karena sembahyang Odalan nanti menggunakan 21 tumpeng, maka akan dibuat juga Caru Manca atau lima jenis makanan persembahan sebagai penanding.
Caru Manca akan diletakkan di pelinggihan pura, saat penyelenggaraan sembahyang Odalan nanti, sebagai persembahan pada dewa.
"Jenis penandingan upakaranya sama, ada tingkatannya juga, ada perhitungannya. Tandingan tumpengnya sama, seninya (hiasan sesaji) yang beda di masing-masing tempat," kata Milianti lagi.
Jero Mangku Pura Puseh Desa Patoman, Gede Ketut Suwanto menjelaskan, baru kali ini pihaknya merayakan Nyepi sekaligus Odalan.
Hari selesai pura itu dibangun, tercatat pada Sabtu Kliwon Wuku Wayang, atau hari Tumpek Wayang, dalam istilah yang berkembang di Bali.
Mereka juga telah mempersiapkan dua buah ogoh-ogoh, Sang Hyang Kala dan monster merah, yang akan diarak keliling desa Kamis depan.
Biaya pembuatan dua ogoh-ogoh, sekitar Rp 10 juta, yang didapatkan dari sumbangan umat sendiri dan pihak lain.
"Ini rangkaiannya untuk menyambut hari raya Nyepi, mulai 3 hari lalu. Karena sebelum hari raya Nyepi, dilaksanakan namanya persiapan upakara," kata Ketut Suwanto, Selasa.
Baca juga: Upacara Adat Kebo-keboan Banyuwangi: Sejarah, Tujuan, dan Pelaksanaannya
Komunitas Hindu keturunan Bali, hidup di bagian tengah desa, dikelilingi pemukiman masyarakat etnis lain, seperti Jawa, Using dan Madura.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019 menyebutkan, Desa Patoman memiliki 4.347 warga beragama Islam dan 869 pemeluk Hindu.
Di desa yang berbatasan dengan Selat Bali itu, ada pula warga beragama Protestan 6 orang, Budha 4 orang, dan lainnya 3 orang.
Baca juga: Hari Raya Nyepi, Jalan Tol Bali Mandara Akan Ditutup Selama 32 Jam
Desa yang berjarak satu kilometer dari Bandara Banyuwangi itu, juga telah menyatakan siap menjadi rintisan Desa Kebangsaan sejak tahun 2018.
Ketut Suwanto mengatakan, warga Hindu Patoman cukup bersemangat mempersiapkan Nyepi, setelah 2 tahun hanya merayakan secara terbatas.
"Kalau masalah pandemi, yang penting kita mengikuti lah, prokes dari pemerintah. Dulu pernah, sudah membuat ogoh-ogoh, tapi tidak boleh jalan, jadi terpaksa (batal diarak). Karena kita harus mengikuti anjuran pemerintah, beragama biar tidak menyalahi aturan," kata Ketut Suwanto.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.