Dewi menjelaskan, usaha pembuatan tempe yang dilakoninya merupakan warisan dari orangtua.
Dirinya juga merasa terpukul ketika mendapati harga kedelai terus meningkat dalam beberapa waktu terakhir.
Supaya dapat tetap menghasilkan tempe, Dewi terpaksa mengurangi jumlah tempe yang dihasilkan guna menekan biaya produksi.
Dewi yang biasa membeli hingga 80 kilogram untuk sekali produksi, kini hanya sanggup sekitar 35 hingga 40 kilogram saja.
Baca juga: Mayat Tanpa Busana Ditemukan Tewas Mengapung di Telogo Dowo Gresik, Diduga Sudah Meninggal 8 Hari
"Padahal saya jual tempe masih dengan harga yang sama, Rp 500 untuk tempe berukuran kecil dan Rp 6.000 untuk yang ukuran besar. Ini tadi sudah habis, dibeli sama orang katering (jasa makanan)," kata Dewi.
Senada, Aisyah (37) seorang perajin tempe lain yang ada di Gresik berharap, ada langkah konkret yang dilakukan oleh pemerintah dan pemegang kebijakan.
Sehingga harga kedelai saat ini dirasakan menyiksa para perajin tempe dan tahu dapat distablikan.
Baca juga: Usaha Petis Rumahan di Gresik ini Bisa Produksi hingga 170 Kilogram per Minggu
"Mohon kepada pemerintah agar harga kedelai ini stabil, tidak tiba-tiba naik seperti sekarang. Karena kami yang pengusaha kecil rumahan, biar tidak bingung saat jualan," tutur Aisyah.
Menurut data yang diterima Dinas Koperasi, Usaha Mikro dan Perindag Gresik, harga kedelai tercatat naik dari yang semula seharga Rp 10.814 menjadi Rp 11.029 per kilogram.
Selain kedelai, beberapa harga kebutuhan pokok juga mengalami kenaikan per hari ini di antaranya, bawang merah, cabai besar, cabai rawit dan telur ayam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.