SURABAYA, KOMPAS.com - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyebutkan, kasus Omicron di Kota Surabaya, Jawa Timur, juga menjangkiti anak-anak.
Ia pun meminta orangtua atau orang dewasa untuk tetap memperhatikan penerapan protokol kesehatan selama berada di rumah dan saat mendampingi anak-anak.
Sebab, anak-anak di Kota Pahlawan rawan terpapar varian Omicron.
Baca juga: Prakiraan Cuaca di Surabaya Hari Ini, 15 Februari 2022: Pagi dan Sore Berawan
Hal ini disebabkan oleh tingkat aktivitas dan mobilitas tinggi dari para orangtua atau orang dewasa, yang memicu munculnya kluster keluarga.
"Rata-rata anak yang terpapar varian Omicron didominasi usia 5-17 tahun. Kasus Omicron pada anak di Surabaya sebesar 17,39 persen dari total kasus Omicron yang terkonfirmasi di Kota Surabaya," ungkap Eri saat dikonfirmasi, Selasa (15/2/2022).
Baca juga: Sedang Angkut Sampah, Mobil Pikap Tiba-tiba Terbakar di Jalanan Surabaya
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Nanik Sukristina mengatakan, anak-anak juga mudah terpapar saat melakukan aktivitas atau kegiatan di tempat umum atau di ruang publik.
"Kegiatan di tempat umum juga mendominasi kasus Omicron pada anak-anak," kata Nanik.
Ilustrasi Covid-19 varian Omicron, gejala Omicron Covid-19."Ketika melakukan isolasi di HAH, orangtua dapat mendampingi anak-anak mereka di sana, hingga anak itu dinyatakan sembuh," ujar Nanik.
Sedangkan terkait tingkat kesembuhan, ia menerangkan bahwa rata-rata kesembuhan pada kasus konfirmasi dengan gejala asimptomatik dan ringan, membutuhkan waktu selama 3-7 hari.
Meski demikian, ia tetap menyarankan untuk melakukan isolasi mandiri selama 10-14 hari.
"Ini merupakan masa isolasi optimal meskipun hasil swab sudah negatif. Bahkan ada yang lebih cepat sesuai dengan daya tahan tubuh masing-masing pasien," terang dia.
Tak hanya itu, Nanik mengaku bahwa tingkat kesembuhan pada anak-anak sangat tinggi.
Sebab, sampai saat ini belum ditemukan kasus yang membutuhkan perawatan khusus pada anak-anak.
"Namun, terkait dengan pelaksanaan vaksinasi booster pada sasaran anak masih menunggu instruksi dari Kemenkes RI," tutur dia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang