Nanda menegaskan jika Hasan, pendiri kelompok Tunggal Jati Nusantara bukanlah seorang kiai atau ustaz.
Menurutnya Hasan cukup lama kerja di Mayalsia dan baru kembali ke Desa Dukuh Mencek pada tahun 2014.
Saat kembali dari Malaysia, pekerjaan Hasan cukup beragam mulai dari menjadi MC acara dangdut hingga berjualan online seperti berjualan tisu.
Nanda mengatakan aggota kelompok tersebut datang ke Hasan untuk berobat atau memiliki masalah ekonomi atau keluarga.
Baca juga: 11 Anggota Kelompok Tunggal Jati Nusantara Tewas Saat Ritual, Polisi Minta Keterangan Korban Selamat
“Kayaknya orang yang datang ke sana itu yang susah, mungkin sakit atau kesulitan ekonomi dan masalah keluarga,” papar dia.
Sementara itu dikutip dari Tribunnewas.com, Bupati Jember, Hendy Siswanto mengatakan Tunggal Jati Nusantara bukanlah nama asli dari padepokan tersebut.
Nama asli dari padepokan itu yakni Garuda Nusantara.
"Itu nama kelompoknya Padepokan Garuda Nusantara, tapi nama populernya Tunggal Jati Nusantara," kata Hendy, Senin (14/2/2022).
Baca juga: Mengenal Pantai Payangan yang Jadi Lokasi Ritual Maut di Jember, Ada Teluk Berbentuk Hati
Hendy mengatakan padepokan tersebut masih baru dan diduga tidak memiliki izin.
Meski demikian, Hendy menyatakan bakal melakukan pengecekan lebih lanjut untuk memastikan apakah padepokan itu benar-benar tidak memiliki izin. Ia mengatakan anggota padepokan ini sebanyak 40 orang.
Perihal ritual di pantai yang diadakan, Hendy mengaku tidak bisa memantau karena kelompok ini beberapa kali melakukan ritual di dua tempat yang berbeda.
Ritual diadakan pukul 21.00 hingga 01.00.
"Belum terpantau, terus terang saja, karena mereka melakukan ritual itu dua tempat lainnya itu di sungai, dan ndak tahu kita jadwal mereka," bebernya.
Baca juga: Khofifah Beri Bantuan Rp 10 Juta bagi Keluarga Korban Tewas Ritual Maut Pantai Payangan Jember