Pendirian NU oleh KH Hasyim Asyari dilakukan atas petunjuk salah satu gurunya, yaitu KH Kholil bin Abdul Latif dari Bangkalan, Madura.
Nahdlatul Ulama didirikan pada 16 Rajab 1344 H yang bertepatan dengan tanggal 31 Januari 1926.
Hingga saat ini, tanggal 31 Januari ditetapkan sebagai hari lahir atau Harlah Nahdlatul Ulama (NU).
Baca juga: Mengintip Masjid Raya KH Hasyim Asyari
Selain berdakwah dan memimpin pesantren, KH Hasyim Asyari juga dikenal sebagai sosok pejuang yang menentang penjajahan di Tanah Air.
Pada saat penjajahan Belanda, KH Hasyim Asyari pernah dianugerahi bingtang kehormatan oleh pemerintah Hindia Belanda.
Namun, penghargaan itu ditolak mentah-mentah. Penolakan yang diartikan sebagai ketidaksetujuannya terhadap penjajahan.
Perjuangan KH Hasyim Asyari berlanjut saat masa pendudukan Jepang di Tanah Air.
Bahkan pada masa Jepang ini KH Hasyim Asyari sempat ditahan karena menolak memberikan penghormatan ke arah Tokyo setiap hari.
KH Hasyim Asyari dan para santrinya juga menyambut deklarasi kemerdekaan serta gigih mempertahankannya.
Saat Inggris dan Belanda berusaha menguasai Indonesia kembali, KH Hasyim Asyari bahkan mendorong para santri untuk berjuang melawannya.
Dorongan tersebut dilakukan dengan merilis Resolusi Jihad untuk melawan pasukan Belanda dan sekutu.
Resolusi Jihad itu sangat efektif membakar semangat pemuda dan santri, dan memunculkan gerakan perlawanan di mana-mana.
Salah satu yang terbesar dan paling heroik adalah pertempuran di Surabaya pada 10 November 1945, yang kemudian dikenal sebagai Hari Pahlawan.
KH Hasyim Asyari wafat pada tanggal 7 September 1947 di Jombang, Jawa Timur. Jenazahnya kemudian dimakamkan di Tebuireng, Jombang.
Atas jasa-jasanya, KH Hasyim Asyari ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada tanggal 17 November 1964.
Sumber:
Kompas.com
Kemsos.go.id