Dengan pembangunan kilang minyak ini, mereka harus berpindah lagi dan tidak memiliki sumber penghasilan. Sebab, lahan pertanian mereka sekarang sudah tidak ada lagi.
"Kalau saya masih ada pekerjaan, terus yang saya pikirkan itu tetangga yang dulu hanya buruh tani, sekarang lahannya sudah dijual semua," jelasnya.
Suwarto mengaku tidak tega melihat kondisi tersebut.
Dia berharap pihak perusahaan menepati janji akan memperkerjakan warga terdampak terutama yang terdampak relokasi.
Seperti Pak Musanam, warga setempat yang tidak punya lahan pertanian.
Dia mendapatkan uang pembebasan lahan tetapi langsung habis untuk membeli tanah dan membangun rumah.
Untuk biaya hidupnya, Musanam terpaksa harus menjual hewan ternaknya, karena tidak ada penghasilan tetap sejak terdampak relokasi.
Baca juga: Penyesalan Warga Kampung Miliarder di Tuban, Terpaksa Jual Sapi untuk Bertahan Hidup
Hal yang sama dialami ibu Wikoyah (63), seorang perempuan lanjut usia yang tinggal sendirian.
Kini dia hanya menggembala kambing saja.
Padahal, sebelum terdampak relokasi, Wikoyah masih bisa menjadi buruh tani di kampungnya karena lahan pertanian masih belum terdampak pembebasan
"Sekarang untuk kebutuhan makan sehari-hari saja, dia harus menjual tiga ekor kambingnya," tuturnya.
Menurutnya, orang-orang yang seperti Musanam dan Ibu Wikoyah inilah yang harus dipikirkan.
Sebab mereka terdampak tetapi tidak dipekerjakan karena adanya persyaratan usia dan lain sebagainya.
"Makanya, warga kemarin itu sebetulnya menagih janji pihak Pertamina, warga usianya di atas 50 tahun yang terdampak relokasi ini coba dipikirkan juga," tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.