Salin Artikel

Kisah Warga Tuban yang Terdampak Proyek Kilang Minyak, Kini Tak Punya Pekerjaan

Namun hal itu tidak terjadi di semua desa di sekitaran proyek.

Sebagian besar warga Dusun Tadahan, Desa Wadung, Kecamatan Jenu, Tuban, hanya mendapatkan ganti untung kurang dari Rp 1 miliar.

Padahal banyak warga juga harus menerima keputusan relokasi karena perkampungan mereka dibangun kilang minyak PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia.

Suwarto mengatakan, dari 45 Kepala Keluarga warga Dusun Tadahan, Desa Wadung, yang mendapatkan uang ganti pembebasan senilai Rp 1 miliar lebih hanya berjumlah 5 sampai 6 orang saja.

Selebihnya hanya menerima Rp 300 juta sampai 600 juta.

"Kalau yang miliarder itu sana warga Desa Sumurgeneng dan Wadung Krajan, karena banyak lahan pertaniannya yang terdampak pembebasan lahan" kata Suwarto, kepada Kompas.com, Selasa (25/1/2022).

Minta perusahaan pekerjakan warga

Suwarto menyebutkan, mayoritas warga Dusun Tadahan memang banyak yang tidak memiliki lahan garapan.

Sebab, lahan garapan mereka sudah terkena imbas pembebasan lahan PLTU pada tahun 1986 silam.

Sebagian besar warga Dusun Tadahan, banyak yang bekerja menjadi buruh tani untuk menyambung hidup, dan sebagian warga yang masih muda memiliki keahlian bekerja di PLTU.


Dengan pembangunan kilang minyak ini, mereka harus berpindah lagi dan tidak memiliki sumber penghasilan. Sebab, lahan pertanian mereka sekarang sudah tidak ada lagi.

"Kalau saya masih ada pekerjaan, terus yang saya pikirkan itu tetangga yang dulu hanya buruh tani, sekarang lahannya sudah dijual semua," jelasnya.

Suwarto mengaku tidak tega melihat kondisi tersebut.

Dia berharap pihak perusahaan menepati janji akan memperkerjakan warga terdampak terutama yang terdampak relokasi.

Jual hewan ternak

Seperti Pak Musanam, warga setempat yang tidak punya lahan pertanian.

Dia mendapatkan uang pembebasan lahan tetapi langsung habis untuk membeli tanah dan membangun rumah.

Untuk biaya hidupnya, Musanam terpaksa harus menjual hewan ternaknya, karena tidak ada penghasilan tetap sejak terdampak relokasi.

Hal yang sama dialami ibu Wikoyah (63), seorang perempuan lanjut usia yang tinggal sendirian.

Kini dia hanya menggembala kambing saja.

Padahal, sebelum terdampak relokasi, Wikoyah masih bisa menjadi buruh tani di kampungnya karena lahan pertanian masih belum terdampak pembebasan

"Sekarang untuk kebutuhan makan sehari-hari saja, dia harus menjual tiga ekor kambingnya," tuturnya.

Menurutnya, orang-orang yang seperti Musanam dan Ibu Wikoyah inilah yang harus dipikirkan.

Sebab mereka terdampak tetapi tidak dipekerjakan karena adanya persyaratan usia dan lain sebagainya.

"Makanya, warga kemarin itu sebetulnya menagih janji pihak Pertamina, warga usianya di atas 50 tahun yang terdampak relokasi ini coba dipikirkan juga," tandasnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/01/25/193601578/kisah-warga-tuban-yang-terdampak-proyek-kilang-minyak-kini-tak-punya

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com