Nama patih yang menjadi ayah Gajah Mada belum akurat. Karena dalam kisah-kisah tradisional, nama tokoh sering diganti karena diceritakan secara berulang-ulang dalam kurun waktu yang berbeda.
3. Babad Gajah Mada
Babad Gajah Mada merupakan sastra Bali.
Dikisahkan, ada seorang pendeta muda bernama Mpu Sura Dharma Yogi yang memiliki istri bernama Patni Nari Ratih, istri yang diberikan oleh gurunya yang bernama Mpu Raga Gunting atau yang dijuluki Mpu Sura Dharma Wiyasa.
Mpu Sura Darma Yogi membuat huma di sebelah selatan Lembah Tulis sedangkan Patni Nari Ratih tetap tinggal di pertamanan. Hanya sesekali, ia menengok suaminya di huma yang baru dibuat.
Baca juga: Dampak Bentrok di Harmoni, Fasilitas Umum di Kawasan Gajah Mada Porak-poranda
Dewa Brahma jatuh cinta kepada Patni Nari Ratih karena parasnya yang cantik. Sampai suatu hari, Nari Ratih diperkosa oleh Dewa Brahma di gubuk yang sepi.
Nari ratih mengadukan peristiwa tersebut pada suaminya. Akhirnya, mereka pergi mengembara selama berbulan-bulan.
Ketiga bayi lahir, mereka sampai di Desa Mada yang terletak di Gunung Semeru.
Lahirlah bayi laki-laki yang diiringi peristiwa alam yang menandakan bahwa sang bayi kelak akan menjadi tokoh penting.
Bayi tersebut diasuh oleh kepala Desa Mada, sedangkan kedua orang tuanya bertapa di puncak Gunung Plambang untuk memohon keselamatan dan kejayaan untuk sang bayi.
Dewa mengabulkan permohonan tersebut dan mengatakan bahwa kelak bayi akan menjadi orang yang terkenal di seluruh Nusantara.
Kemudian berkat Mahapatih Amangkubumi Mada, Majapahit berhasil mengembangkan kekuasaan hingga banyak raja dari luar Pulau Jawa yang tunduk kepada Raja Majapahit.
Saat dilantik menjadi mahapatih, Gajah Mada mengucapkan sumpahnya yang terkenal, yaitu
Sumpah Palapa. Isi Sumpah Palapa adalah
"Lamun huwas kalah nusantara, ingsun amukti palapa. Lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Baki, Sunda, Palembang, Tumasik, samana ingsun amukti palapa".
Baca juga: Maha Patih Gajah Mada Ajak Siswa Binus School Bersikap Patriotisme
(Selama aku belum menyatukan Nusantara, aku takkan menikmati palapa (kesenangan). Sebelum aku menakhlukkan Pulau Gurun, Pyulau Seram, Tanjungpura, Pulau Haru, Pulau Pahang, Dompo, Pulau Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, aku takkan mencicipi palapa).
Saat sumpah itu diucapkan, banyak yang meremehkan dan mentertawakan cita-cita Gajah Mada untuk menyatukan Nusantara.
Perjuangan Gajah Mada mencapai puncaknya pada zaman Pemerintahan Hayam Wuruk 1350-1389.
Luas Majapahit hampir sama dengan luas Indonesia saat ini bahkan pengaruh Kerajaan Majapahit sampai ke negara-negara tetangga.
Hal ini dibuktikan, Majapahit pada waktu itu mampu menguasai wilayah-wilayah Nusantara yang meliputi Melayu (Sumatera), Tanjungpura (Kalimantan), dan Semenanjunga (Malaka).