Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gajah Mada: Asal-usul, Tempat Lahir, Kisah Hidup, dan Isi Sumpah Palapa

Kompas.com, 10 Januari 2022, 14:05 WIB
Dini Daniswari

Penulis

KOMPAS.com - Gajah Mada adalah sosok mahapatih yang sangat berpengaruh panjang dalam upaya Majapahit menuju puncak kejayaannya.

Gajah Mada dikenal sebagai sosok setia dan perkasa pada pemangku Kerajaan Majapahit untuk terus menjaga keutuhan dan menebarkan pengaruhnya.

Hingga sekarang, jasa-jasanya masih dikenang. Bangsa Indonesia menganggap Patih Gajah Mada sebagai pahlawan simbol patriotisme dan persatuan bangsa.

Gajah Mada memiliki kisah hidup, perjalanan karir, dan perjuangan yang cukup serius. Hal tersebut terutama bersumber pada Babad Gajah Mada, Naskah Usaha Jawa, dan Babad Arung Bondan.

1. Naskah Usana Jawa

Dalam Naskah Usana Jawa disebutkan Gajah Mada lahir di Pulau Bali.

Dikisahkan, Gajah Mada lahir dengan cara memancar dari buah kelapa yang merupakan
penjelmaan Sang Hyang Narayana (Visnu) sehingga Gajah Mada dipercaya lahir tanpa ayah dan
ibu. Dia dilahirkan karena kehendak dewa-dewi.

Naskah tradisional Nusantara sering menegaskan legitimasi tentang kelebihan pada diri seseorang melalui mitos, sehingga tokoh yang dimaksud pantas dijunjung tinggi dan dihormati.

Baca juga: Gajah Enggon, Pengganti Gajah Mada di era Kelamnya Majapahit

Dalam perjalanannya, keajaiban demi keajaiban selalu mengiringi sejak kelahiran, masa kanak-kanak, dewasa, bahkan hingga kematian.

Perjalanan seperti ini umum berlaku pada sistem kepercayaan masyarakat Hindhu/Buddha pada masa itu, sehingga tafsir atau rasionalisasinya diperlukan agar isi naskah dapat dijadikan rujukan.

2. Babad Arung Bondan

Kitab Jawa Pertengahan Babad Arung Bondan menawarkan penjelasan yang berbeda tentang asal usul Gajah Mada.

Kitab tersebut menjelaskan bahwa Gajah Mada merupakan anak dari Patih Logender (dikenal dengan nama Logender dalam cerita Damarwulan dan Menakjingga).

Cerita tersebut mengungkapkan bahwa Logender menjadi Patih Ratu Majapahit bernama RatuKenya (Kencanawungu).

J.L.A. Brandes pernah mengatakan bahwa kisah Darmawulan dan Menakjingga terjadi dalam masa pemerintahan Ratu Suhita di tahta Majapahit.

Menakjingga yang dimaksud dalam kisah tersebut setara dengan Bhre Wirabumi, penguasa kedaton timur yang berperang melawan Majapahit.

Baca juga: Gajah Mada: Cita-cita, Perjuangan, dan Akhir Hidup

Sehingga jika mengikuti tafsiran ini maka Gajah Mada adalah anak dari Patih Logender setelah Majapahit melewati masa kejayaan.

Sedangkan dalam berbagai prasasti dan Kakawin Nagarakertagama sebagai bukti otentik disebutkan bahwa Gajah Mada berperan dalam masa awal dan kejayaan Majapahit periode kekuasaan Hayam Wuruk.

Menariknya dalam Kitab Babad Arung Bonda dapat menjadi interpretasi lebih lanjut adalahpernyataan bahwa Gajah Mada merupakan anak dari seorang mahapatih.

Halaman:


Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau