Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menelusuri Habitat Merak Hijau di Kediri

Kompas.com, 17 Oktober 2021, 06:10 WIB
Dheri Agriesta

Editor

KOMPAS.com - Sejumlah pekerja menemukan seekor merak hijau (Pavo muticus) di area pembangunan Bandara Kediri, Jawa Timur, pada Selasa (12/10/2021).

Proyek bandara itu dibangun di kawasan Gunung Wilis, tepatnya di wilayah barat Kediri. Merak hijau yang ditemukan pekerja itu berjenis kelamin jantan dan berusia sekitar dua tahun.

Burung yang tergolong satwa dilindungi itu ditemukan para pekerja sekitar pukul 15.00 WIB.

Kepala Resor Wilayah Konservasi BKSDA Kediri David Fathurohman mengatakan, para pekerja proyek bandara langsung menyerahkan burung itu kepada BKSDA.

"Alhamdulillah masyarakat paham itu jenis burung dilindungi dan diserahkan pada tempat yang tepat," kata David dalam melalui sambungan telepon, Rabu (13/10/2021) petang.

BKSDA langsung merawat burung tersebut. Nantinya, burung dengan ciri-ciri ekor panjang berwarna-warni dan bisa mekar itu dibawa ke Surabaya.

BKSDA Kediri belum mengetahui dari mana satwa dilindungi itu berasal. BKSDA akan meninjau lokasi penemuan merak hijau itu untuk mencari tahu.

Kesaksian warga terkait habitat merak hijau di Kediri

Penemuan burung tersebut di proyek Bandara Kediri mengisyaratkan kabar tentang habitat merak di kawasan hutan pegunungan di wilayah Kediri bukan isapan jempol belaka.

Baca juga: Pekerja Proyek Bandara Kediri Temukan Burung Merak Hijau, Diserahkan ke BKSDA

Sejumlah masyarakat mengaku sempat melihat satwa dilindungi itu hidup liar di kawasan Gunung Klotok.

Gunung Klotok merupakan bagian dari gugusan pegunungan Gunung Wilis. Gunung Klotok memiliki ketinggian 536 mdpl, sedangkan Gunung Wilis 2.563 mdpl.

Sementara, Bandara Kediri dibangun di wilayah hutan di Gunung Wilis tersebut.

Jalur pendakian Gunung Klotok Kediri, Jawa Timur.KOMPAS.com/M.AGUS FAUZUL HAKIM Jalur pendakian Gunung Klotok Kediri, Jawa Timur.

Wilayah Gunung Klotok biasanya menjadi arena bagi pengendara motor trail. Para pengendara ini kerap mendapati bulu merak tersebut di kawasan Gunung Klotok.

Salah satu pengendara motor trail di Kediri, Ashari mengaku pernah beberapa kali mendapati bulu merak saat berpetualang di wilayah Gunung Klotok.

"Lihat burungnya secara langsung belum pernah. Tapi kalau bulunya, sering menjumpainya. Tahun lalu juga lihat bulu itu," ujar Ashari yang juga anggota DPRD Kota Kediri ini dihubungi, Jumat (15/10/2021).

Pengalaman lebih menarik dialami seorang warga bernama Imam Mahmudi. Pria yang tinggal di dekat Gunung Klotok itu mengaku pernah beberapa kali melihat langsung merak hijau di wilayah itu.

Imam bahkan mengaku pernah menolong seekor merak yang terjebak kebakaran hutan. Saat itu, Imam sedang mencari bahan tanaman bonsai di hutan.

Dalam pencariannya itu, Imam melihat empat ekor merak. Salah satu merak terlihat terpisah dari kawanannya dan terjebak di lokasi kebakaran.

Imam lalu menghalau burung itu agar menjauh dari titik api. Menurut Imam, pengalaman berhadapan dengan merak itu tak akan pernah dilupakannya.

"Berhadapan dengan burung merak di hutan itu bikin hati berdebar. Auranya sangat kuat. Itu kejadian tahun lalu," ujar Imam Mahmudi saat ditemui di rumah sekaligus warungnya di kawasan Lebak Tumpang Kota Kediri, Jumat.

Meski mengetahui keberadaan habitat burung itu, Imam tak pernah berpikir untuk menangkapnya. Imam tahu satwa tersebut dilindungi.

"Ngeri ah. Takutnya dipenjara," lanjutnya.

Oleh karena itu, Imam sampai saat ini merahasiakan lokasi merak itu ditemukan. Ia hanya ingin burung itu lestari.

"Aku sendiri enggak suka kalau ada yang memburunya," ungkapnya.

Baca juga: Merak Hijau Ditemukan di Proyek Bandara Kediri, Ini Kesaksian Warga Terkait Habitatnya

Perlindungan Merak

Sebagai satwa dilindungi, butuh izin khusus untuk memelihara merak hijau. Hal itu diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Aktivis lingkungan dari Profauna, Rosek Nursahid mengatakan, perlindungan terhadap merak bersifat menyeluruh.

Artinya, bagian tubuh merak tersebut juga dilindungi secara terpisah.

"Tetap tidak diperbolehkan karena dilindungi," ujar Rosek dalam sambungan telepon, Jumat.

Kepala Konservasi Wilayah BKSDA Kediri David Fathurohman juga menyampaikan hal yang sama. Menurutnya, bentuk perlindungan satwa tersebut tidak bersifat parsial.

"Bulu, kulit, empedu, daging dan lain-lainnya termasuk dari bagian bagian satwa yang dilindungi. Peraturan masih belum membolehkan pemanfaatannya tanpa izin." ujar David.

(SUMBER: KOMPAS.com/Kontributor Kediri, M Agus Fauzul Hakim | Editor: Pythag Kurniati, Dheri Agriesta)

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Wisatawan Lansia Dipungli 'Uang Pengawalan' Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Wisatawan Lansia Dipungli "Uang Pengawalan" Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Surabaya
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
Surabaya
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Surabaya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau