Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keracunan MBG di Jember, Dinkes Temukan Residu Kimia pada Timun dan Selada

Kompas.com, 5 Oktober 2025, 06:24 WIB
Mega Silvia,
Ferril Dennys

Tim Redaksi

JEMBER, KOMPAS.com – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Jember, Jawa Timur, mengungkap hasil uji laboratorium terhadap makanan bergizi gratis (MBG) yang disajikan di SDN Sidomekar 05 Kecamatan Semboro, menyusul dugaan keracunan makanan yang menimpa 16 siswa pada 26 September 2025 lalu.

Dari hasil investigasi dan uji lab, indikasi keracunan paling kuat berasal dari konsumsi selada dan timun dalam menu MBG.

Hasil ini disampaikan langsung oleh Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, dr Rita Wahyuningsih dalam pertemuan bersama Komnas HAM di Kantor Bupati Jember, Sabtu (4/10/2025).

“Tidak ditemukan laporan demam dan diare yang menonjol sehingga pola gejala tersebut mengarah kepada ke arah keracunan akut saluran cerna,” ungkap Rita.

Baca juga: Komnas HAM Turun Tangan Selidiki Dugaan Keracunan MBG di Jember

Dari 98 siswa yang mengonsumsi MBG, menurutnya sebanyak 37 siswa mengalami gejala mual, nyeri perut, dan muntah.

“Berdasarkan analisa data epidemiologis, selada dan timun merupakan makanan yang paling kuat dikaitkan dengan dugaan kejadian keracunan,” tegas Rita.

Sebelumnya, beberapa siswa bahkan berteriak karena menemukan belatung dalam makanan, yang makin memperkuat dugaan adanya kontaminasi.

Menu MBG saat itu terdiri dari roti tawar, telur rebus goreng, selada, timun, mayonaise, saus saset, keju parut, susu UHT kemasan, dan mendol tempe.

Tim Dinkes melakukan klarifikasi langsung ke dapur SPPG (Satuan Pendidikan Penyelenggara Gizi) yang menangani makanan tersebut. Sampel makanan dibawa ke Labkesmas Provinsi Jawa Timur untuk dianalisis.

“Kami datang ke dapur SPPG itu dan kita melakukan klarifikasi dengan tim yang ada di sana (termasuk ahli gizi),” jelas Rita.

Hasil perhitungan attack rate dan risiko relatif menunjukkan bahwa sayuran mentah seperti timun dan selada memiliki risiko tertinggi.

“Dengan mempertimbangkan onset yang cepat yaitu 10 sampai 15 menit, dugaan penyebab paling mungkin adalah akibat paparan bahan kimia atau ada residu pestisida atau deterjen pada sayuran mentah,” tambahnya.

Plt Kepala Dinkes Jember, Akhmad Helmi Lukman, menyampaikan bahwa kemungkinan besar pencucian sayuran kurang optimal, sehingga masih mengandung residu bahan kimia berbahaya.

“Ya paling tidak kita mengajari mereka bagaimana cara membersihkan, mengurangi residu pestisida, cara menyucinya bagaimana,” jelas Helmi.

Ia menegaskan bahwa pengolahan sayuran sebaiknya dilakukan terakhir agar tidak cepat layu atau rusak, serta memastikan kebersihan tetap terjaga sebelum disajikan kepada siswa.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau