GRESIK, KOMPAS.com - Arisan yang dikelola RW (35) dan MT (43) dilaporkan kepada pihak kepolisian karena diduga bermasalah. Para peserta merasa tertipu karena tak kunjung mendapatkan haknya. Total kerugian peserta diperkirakan mencapai Rp 1,722 miliar.
Salah seorang peserta arisan, Lailatul Adkha (28) menceritakan, dirinya mengikuti arisan tersebut bersama dua saudara kandungnya, Iman Arifin dan Eko Wahyono. Mereka bertiga bernasib sama, tidak ada yang menerima haknya hingga kini.
"Awalnya yang ikut itu kakak-kakak saya (Iman dan Eko), sudah ikut sejak periode sebelumnya. Saya baru ikut (arisan) yang periode ini," ujar Ella-sapaan Lailatul Adkha, kepada Kompas.com, Rabu (6/11/2024).
Baca juga: Polisi Selidiki Arisan Bermasalah yang Rugikan Warga di Gresik Rp 1,722 Miliar
Sehari-hari, Ella bekerja sebagai buruh serabutan di tempat pengantongan pupuk dengan upah Rp 70.000 per hari. Dalam sepekan, Ella mengantongi uang Rp 350.000 atas pekerjaan yang dilakoni. Sebab, Sabtu dan Minggu libur.
Oleh Ella, sebagian dari uang tersebut kemudian digunakan untuk membayar arisan.
"Setiap Hari Jumat itu kan gajian Rp 350.000, dengan Rp 150.000 untuk bayar arisan dan sisanya buat kebutuhan keluarga," ucap Ella.
Baca juga: 82 Warga Gresik Tertipu Arisan Bodong Rp 1,7 Miliar, Korban Ada Kuli Panggung hingga Buruh Tani
Ella mengaku kepincut mengikuti arisan tersebut lantaran masalah ekonomi yang dialami. Terlebih, Ella menyatakan sudah berpisah dengan suaminya dan harus menghidupi seorang anak serta memiliki kewajiban untuk membayar utang ke pihak lain.
"Terus terang, saya banyak memiliki utang dan cicilan. Sejak pisah dengan mantan suami, saya coba melunasinya. Makanya saya ikut arisan, harapannya bila dapat (menerima hasil arisan) akan saya buat bayar utang dan cicilan," kata Ella.
Namun, apa yang dibayangkan Ella tidak seperti yang diharapkan. Uang arisan yang selama ini dibayar olehnya setiap pekan Rp 150.000, tidak kunjung didapatkan hingga saat ini. Bahkan, Ella menuturkan, orangtua dirinya sampai harus membantu mencicil utangnya.
"Orangtua saya kemarin bahkan sampai jual kambing dan singkong hasil panen, untuk bantu bayar utang saya. Mau bagaimana lagi, uang arisan yang saya harapkan ternyata tidak juga keluar sampai sekarang," tutur Ella.
Ella berharap keadilan dapat ditegakkan. Ella tidak menutupi bahwa dirinya yang bekerja serabutan berharap uang yang menjadi haknya dalam arisan tersebut tetap bisa diterima.
"Untuk urusan hukum, saya pasrahkan kepada pihak berwajib. Hanya saja sebagai masyarakat kecil dengan gaji pas-pasan, tentu masih berharap uang yang merupakan hak saya dapat kembali. Saya punya anak yang jadi tanggungan, juga nanti kalau keluar (uang arisan) buat ganti uang orangtua yang sudah jual kambing dan singkong," ujar Ella.
Kepala Dusun Brak, Abdul Rohman (40) yang turut mendampingi ke Mapolres Gresik, menyayangkan apa yang telah dilakukan oleh RW dan MT. Anggota arisan tersebut tidak hanya warga Dusun Brak, tapi juga berasal dari dusun lain bahkan dari kecamatan lain di Gresik.
"Coba dibayangkan, semua yang di sini masih tetangganya sendiri, kok tega ditipu. Padahal, mereka ini kebanyakan juga cari duit tidak mudah, ada buruh tani, kuli panggul," kata Abdul Rohman, saat mendampingi pelaporan warga di Mapolres Gresik, Senin (4/11/2024).
Sebelumnya diberitakan, warga Dusun Brak, Desa Wadeng, Kecamatan Sidayu, Gresik, melaporkan dugaan penipuan dalam arisan ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polres Gresik dengan Surat Tanda Terima Laporan Pengaduan Masyarakat (STTLPM) nomor: LPM/738.Satreskrim/XI/2024/SPKT/POLRES GRESIK, Senin.
"Laporan sudah kami terima, tadi pagi," ujar Kasat Reskrim Polres Gresik AKP Aldhino Prima Wirdhan saat dihubungi, Rabu (6/11/2024).
Aldhino belum dapat memberikan keterangan lebih rinci mengenai laporan warga terkait arisan bermasalah dengan kerugian mencapai Rp 1,722 miliar tersebut. Sebab, pihaknya baru menerima laporan dan sedang mempelajarinya.
"Masih kami lakukan penyelidikan," ucap Aldhino.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang