Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Warga Ikut Arisan Bermasalah di Gresik, Berniat untuk Bayar Utang

Kompas.com, 6 November 2024, 18:25 WIB
Hamzah Arfah,
Andi Hartik

Tim Redaksi

GRESIK, KOMPAS.com - Arisan yang dikelola RW (35) dan MT (43) dilaporkan kepada pihak kepolisian karena diduga bermasalah. Para peserta merasa tertipu karena tak kunjung mendapatkan haknya. Total kerugian peserta diperkirakan mencapai Rp 1,722 miliar.

Salah seorang peserta arisan, Lailatul Adkha (28) menceritakan, dirinya mengikuti arisan tersebut bersama dua saudara kandungnya, Iman Arifin dan Eko Wahyono. Mereka bertiga bernasib sama, tidak ada yang menerima haknya hingga kini.

"Awalnya yang ikut itu kakak-kakak saya (Iman dan Eko), sudah ikut sejak periode sebelumnya. Saya baru ikut (arisan) yang periode ini," ujar Ella-sapaan Lailatul Adkha, kepada Kompas.com, Rabu (6/11/2024).

Baca juga: Polisi Selidiki Arisan Bermasalah yang Rugikan Warga di Gresik Rp 1,722 Miliar

Sehari-hari, Ella bekerja sebagai buruh serabutan di tempat pengantongan pupuk dengan upah Rp 70.000 per hari. Dalam sepekan, Ella mengantongi uang Rp 350.000 atas pekerjaan yang dilakoni. Sebab, Sabtu dan Minggu libur.

Oleh Ella, sebagian dari uang tersebut kemudian digunakan untuk membayar arisan.

"Setiap Hari Jumat itu kan gajian Rp 350.000, dengan Rp 150.000 untuk bayar arisan dan sisanya buat kebutuhan keluarga," ucap Ella.

Baca juga: 82 Warga Gresik Tertipu Arisan Bodong Rp 1,7 Miliar, Korban Ada Kuli Panggung hingga Buruh Tani

Ella mengaku kepincut mengikuti arisan tersebut lantaran masalah ekonomi yang dialami. Terlebih, Ella menyatakan sudah berpisah dengan suaminya dan harus menghidupi seorang anak serta memiliki kewajiban untuk membayar utang ke pihak lain.

"Terus terang, saya banyak memiliki utang dan cicilan. Sejak pisah dengan mantan suami, saya coba melunasinya. Makanya saya ikut arisan, harapannya bila dapat (menerima hasil arisan) akan saya buat bayar utang dan cicilan," kata Ella.

Namun, apa yang dibayangkan Ella tidak seperti yang diharapkan. Uang arisan yang selama ini dibayar olehnya setiap pekan Rp 150.000, tidak kunjung didapatkan hingga saat ini. Bahkan, Ella menuturkan, orangtua dirinya sampai harus membantu mencicil utangnya.

"Orangtua saya kemarin bahkan sampai jual kambing dan singkong hasil panen, untuk bantu bayar utang saya. Mau bagaimana lagi, uang arisan yang saya harapkan ternyata tidak juga keluar sampai sekarang," tutur Ella.

Ella berharap keadilan dapat ditegakkan. Ella tidak menutupi bahwa dirinya yang bekerja serabutan berharap uang yang menjadi haknya dalam arisan tersebut tetap bisa diterima.

"Untuk urusan hukum, saya pasrahkan kepada pihak berwajib. Hanya saja sebagai masyarakat kecil dengan gaji pas-pasan, tentu masih berharap uang yang merupakan hak saya dapat kembali. Saya punya anak yang jadi tanggungan, juga nanti kalau keluar (uang arisan) buat ganti uang orangtua yang sudah jual kambing dan singkong," ujar Ella.

Kepala Dusun Brak, Abdul Rohman (40) yang turut mendampingi ke Mapolres Gresik, menyayangkan apa yang telah dilakukan oleh RW dan MT. Anggota arisan tersebut tidak hanya warga Dusun Brak, tapi juga berasal dari dusun lain bahkan dari kecamatan lain di Gresik.

"Coba dibayangkan, semua yang di sini masih tetangganya sendiri, kok tega ditipu. Padahal, mereka ini kebanyakan juga cari duit tidak mudah, ada buruh tani, kuli panggul," kata Abdul Rohman, saat mendampingi pelaporan warga di Mapolres Gresik, Senin (4/11/2024).

Sebelumnya diberitakan, warga Dusun Brak, Desa Wadeng, Kecamatan Sidayu, Gresik, melaporkan dugaan penipuan dalam arisan ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polres Gresik dengan Surat Tanda Terima Laporan Pengaduan Masyarakat (STTLPM) nomor: LPM/738.Satreskrim/XI/2024/SPKT/POLRES GRESIK, Senin.

"Laporan sudah kami terima, tadi pagi," ujar Kasat Reskrim Polres Gresik AKP Aldhino Prima Wirdhan saat dihubungi, Rabu (6/11/2024).

Aldhino belum dapat memberikan keterangan lebih rinci mengenai laporan warga terkait arisan bermasalah dengan kerugian mencapai Rp 1,722 miliar tersebut. Sebab, pihaknya baru menerima laporan dan sedang mempelajarinya.

"Masih kami lakukan penyelidikan," ucap Aldhino.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Wisatawan Lansia Dipungli 'Uang Pengawalan' Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Wisatawan Lansia Dipungli "Uang Pengawalan" Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Surabaya
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
Surabaya
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Surabaya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau