Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Momen Paslon Tunggal Eri-Armuji Saling Menyela dalam Debat Pilkada Surabaya 2024

Kompas.com, 17 Oktober 2024, 05:23 WIB
Andhi Dwi Setiawan,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pasangan calon (paslon) Eri Cahyadi-Armuji mengalami momen saling sela ketika menjawab aspirasi masyarakat. Itu terjadi saat berlangsungnya debat pemilihan kepala daerah (Pilkada) Surabaya.

Awalnya, moderator membacakan aspirasi masyarakat yang mengeluhkan terkait sepinya Pasar Kapasan. Hal itu membuat tetangga pengirim pertanyaan mengalami penurunan pendapatan.

"Tetangga saya punya dua kos di tempat tersebut (Pasar Kapasan) yang mengalami penurunan omset yang sangat signifikan, sehingga harus memberhentikan karyawanya," kata moderator dalam acara debat di Dyandra Convention Center, Rabu (16/10/2024) malam.

Baca juga: Debat Pilkada Surabaya, Eri Cahyadi-Armuji Disambut Kesenian Jaranan

"Pertanyaanya, menurut anda apa yang menyebabkan hal tersebut dan bagaimana langkah Pemerintah Kota Surabaya menyelesaikan permasalahan tersebut," tambahnya.

Merespon itu, Armuji mengatakan pihaknya sudah mengedukasi para pedagang di sejumlah pasar tradisional. Dia pun menggunakan istilah Pasar Turi menjadi pasar turu (tidur).

"Contohe Pasar Turi, Pasar Turi itu dulu dikatakan pada saat saya debat di sini (Pilkada 2020) dengan Pak Eri," kata Armuji, menjawab pertanyaan kiriman masyarakat.

"Dikatakan 'yok opo pemerintah iku, kok Pasar Turi dadi pasar turu' (bagaimana pemerintah itu, kok Pasar Turi jadi pasar turu). Tapi sekarang ini Pasar Turi dadi (jadi) mal-e Pasar Turi, itu bisa dilihat, buktine sudah terbukti," tambahnya.

Oleh karena itu, kata Armuji, untuk meramaikan pasar tradisional memerlukan tindakan yang bertahap. Harapannya, ke depan tempat tersebut bisa kembali dikunjungi warga.

"Pasar tradisional kita hidupkan lagi, pasar yang punya segmen, mungkin pakaian, kita juga akan tindaklanjuti."

"Makanya bukan cuma Pasar Kapasan saja, Wonokromo yang dulu memang menjadi pasar jualan basah, tapi di atas sekarang sudah hidup," ungkapnya.

Baca juga: Relawan Kotak Kosong Datangi Lokasi Debat Pilkada Surabaya

Kemudian, lanjut Armuji, pihaknya berencana meningkatkan pelayanan dan kemudahan di Pasar Kapasan. Nantinya, pemilik stan di pasar tersebut bisa bersaing dengan pedagang lain.

"Makane pasar-pasar seng onok nggone Suroboyo (makanya pasar-pasar yang ada di Surabaya), sekian ribu pasar," ucapnya.

Akan tetapi, ucapan Armuji tersebut langsung disela Eri Cahyadi yang ada di sampingnya. Wali Kota Surabaya periode 2020-2024 itu menyebut perbaikanya dengan cara pelatihan.

"Langsung didandani (diperbaiki) cak yo, langsung didandani, dengan cara opo cak? Dengan cara pelatihan, pelatihan gawe (buat) platform, platforme sopo (siapa)? Gawe Shopee," kata Eri.

Kemudian, Eri melanjutkan bahasannya tersebut dengan menegaskan terkait pelatihan untuk pedagang. Menurutnya, penjual harus bisa membiasakan diri dengan sistem online.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau