PAMEKASAN, KOMPAS.com - Puluhan warga asal Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, memilih naik kapal kayu untuk mudik Idul Fitri tahun ini.
Kapal tersebut, mengangkut penumpang dari Kabupaten Pamekasan, tepatnya dari pelabuhan "tikus" di Desa Montok, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan, menuju Pelabuhan Besuki, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.
Pelabuhan tikus ini dikelola oleh nelayan setempat untuk penyeberangan warga dari Pamekasan ke Pelabuhan Besuki, Kabupaten Situbondo.
Baca juga: Puncak Arus Mudik di Jalur Banyumas Diprediksi Tanggal 7-8 April 2024
Salah satu warga asal Kecamatan Pademawu, Jamaludin Akbar, mengatakan, mudik lewat jalur laut memiliki kelebihan dibandingkan naik transportasi darat seperti bus.
Dari ongkos perjalanan, naik kapal kayu lebih murah. Masing-masing orang dipatok Rp 60.000. Jika membawa motor ke dalam perahu, biayanya Rp 90.000.
"Kalau orang dan motor hanya Rp 150.000. Naik bus ke Situbondo bisa Rp 250.000 per orang," kata Jamaluddin saat ditemui sebelum pemberangkatan perahu, Kamis (4/4/2024).
Kelebihan lainnya, waktu perjalanan mudik menggunakan kapal kayu lebih singkat dibandingkan transportasi darat. Perjalanan laut menggunakan kapal kayu bisa ditempuh maksimal 4 jam. Sedangkan perjalanan darat bisa mencapai 8 jam. Jika terkena macet, bisa 12 jam.
"Kalau cuaca bagus seperti hari ini, perjalanan ke Situbondo bisa hanya 3 jam," kata Jamal.
Kelebihan selanjutnya adalah ketika berada di atas kapal kayu, penumpang bisa santai karena bisa sambil tiduran, selonjoran. Suasana semacam itu tidak ditemukan saat mudik menggunakan kendaraan pribadi ataupun bus angkutan umum.
"Kalau selama perjalanan tidur, tidak terasa tiba-tiba sudah sampai di Situbondo," ungkap Jamal.
Awak kapal, Moh Soleh mengatakan, mudik Idul Fitri melewati jalur "tikus" dengan kapal kayu, dari tahun ke tahun peminatnya semakin berkurang. Hal itu karena banyak travel angkutan yang masuk ke rumah-rumah warga. Bahkan warga juga langsung diantar sampai ke tujuan.
"Puncak mudik lebaran pada Ramadhan tahun ini hanya sekali. Penumpangnya tidak seperti tahun-tahun sebelumnya di mana seminggu bisa dua kali penyeberangan ke Jawa," ujar Soleh.
Baca juga: Jelang Lebaran, Warung Dadakan Bermunculan di Jalur Mudik Banyumas
Pemudik yang naik kapal kayu rata-rata dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Mereka ingin pulang ke kampung halamannya bersama keluarga, sekaligus bisa membawa motor.
"Kalau kelas ekonomi menengah ke atas sudah banyak yang naik travel atau bus patas," ungkap Soleh.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.