MALANG, KOMPAS.com - Sebanyak 17 warga di Kota Malang, Jawa Timur, diduga menjadi korban investasi bodong. Mereka mengalami kerugian dengan total senilai Rp 1 miliar.
17 warga tersebut sudah melaporkan kasus dugaan penipuan itu ke Mapolresta Malang Kota pada Rabu (4/10/2023).
Salah satu korban, Yuyun Listiowati mengatakan, dirinya kehilangan uang sebesar Rp 75 juta. Dia percaya pada terduga pelaku bernama Tonny karena suaminya sudah kenal lama.
"Suami saya yang sudah kenal lama 5 tahun. Dia (terduga pelaku) kan orang koperasi dulunya, terus sudah tutup kena corona. Nah, terus orangnya perlu uang Rp 75 juta diiming-imingi diberi keuntungan 10 persen. Janjinya satu bulan mau dikembalikan, tapi sekarang orangnya sudah kabur," kata Yuyun pada Rabu.
Baca juga: Pemkot Malang Akan Hentikan Aktivitas Penyeberangan Sungai Gunakan Rakit
Warga Jalan Polehan, Kota Malang, ini percaya karena terduga pelaku mengaku sedang mengerjalan mega proyek tower di Jakarta.
"Tidak ada hitam di atas putih waktu memberikan uangnya, karena sudah percaya saja. Terus pernah ketemu, sudah ada surat perjanjian, tapi minta waktu terus, sampai terus hilang orangnya," katanya.
Baca juga: Istri di Malang Ancam Bunuh Anak, Suami Minta Tolong Polisi lewat Instagram
Lebih lanjut, kuasa hukum 17 Korban, Abdul Rofiq mengatakan, mulanya terduga pelaku dapat mengembalikan uang dari para korbannya ketika masih berjumlah kecil. Hal itu diduga hanya untuk membuat para korbannya seolah-olah percaya.
Kemudian, terduga pelaku menawari investasi bodong lagi dengan jumlah uang yang besar.
"Orang pasti mau tertarik karena sebelum-sebelumnya kadang enggak sampai sebulan sudah dikembalikan," katanya.
Para korban selain memberikan uang secara tunai, juga dilakukan dengan transfer antar bank. Tidak ada perjanjian hitam di atas putih saat awal pemberian uang.
"Tidak ada, soal pemberian uang ada dalam bentuk cash maupun transfer, atas dasar kepercayaan saja, karena sudah percaya dengan kejadian sebelum-sebelumnya," katanya.
Bahkan, terduga pelaku juga pernah membawa salah satu korban dan perantara ke Jakarta guna membuktikan memiliki proyek besar.