Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nestapa Buruh Angkut Garam di Madura, Bayaran Kecil dan Perlindungan Minim

Kompas.com - 01/05/2024, 13:27 WIB
Ach Fawaidi,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

SUMENEP, KOMPAS.com - Hari buruh menyimpan harapan tersendiri bagi kuli angkut garam di Madura. Selama puluhan tahun, meraka hidup dengan keterbatasan bayaran dan perlindungan yang dinilai tak layak bagi kaum pekerja.

Kendati tak mendapat upah dan perlindungan yang layak, bertahan adalah satu-satunya pilihan agar bisa menghidupi keluarga.

"Jangankan perlindungan, upah yang kami terima sangat minim," kata Rosi (35) warga Kecamatan Pragaan, Kabupaten Sumenep, kepada Kompas.com, Rabu (1/5/2024).

Baca juga: Cerita Buruh DIY yang Tak Bisa Beli Rumah: Gaji Kecil, Harga Hunian Gila-gilaan

Rosi sendiri merupakan buruh pengangkut garam di area tambak Desa Pakamban Laok, Kecamatan Pragaan, Kabupaten Sumenep. Saat musim panen tiba, ia bersama teman-temannya menjadi kuli angkut garam.

Ia bersama-sama teman-temannya mendapatkan upah borongan setiap musim panen tiba. Per orang, meraka hanya mendapatkan Rp 50.000 hingga Rp 100.000 per ton tergantung jarak tempuh.

"Jadi proses angkut dari tambak ke darat, terus darat ke truk itu dilakukan semua. Karena sistem borongan," kata dia.

Baca juga: Tak Ada Demo, Hari Buruh di Banyumas Diisi dengan Senam dan Bagi-bagi Hadiah

Sebagaimana diketahui, proses angkut garam di Madura terbagi dalam tiga tahap. Pertama proses angkut dari lahan yang masih di air diangkut menuju ke darat. Kedua, proses angkut dari area tambak menuju ke jalan raya.

Selanjutnya, garam-garam yang sudah ada di jalan raya selanjutnya dinaikkan ke truk.

"Dulu pernah jatuh dalam proses angkut garam dari tambak ke jalan raya, terus mengalami patah tulang di tangan. Karena tak ada perlindungan, ya, memilih berobat (bayar) sendiri," tuturnya.

Baca juga: Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi May Day di Istana

Selain Rosi, kuli angkut garam lain yakni Ruslan (42) mengaku mengalami hal serupa. Meski tak pernah ambil borongan dalam hal angkut garam, upah yang diterimanya mengaku tetap jauh dari harapan.

Ruslan sendiri mengaku lebih banyak menjadi buruh atau kuli panggul yang menaikkan garam ke truk. Ia dibayar Rp 1.000 untuk satu karung garam yang berhasil ia naikkan ke truk.

"Jadi untuk mendapatkan uang Rp 100.000 harus menaikkan 100 karung garam, dan itu melelahkan," kata dia.

Ia pun berharap, standar bayaran untuk para kuli angkut garam di Madura segera dinaikkan. Sebab, lanjut dia, pekerjaannya sangat menguras tenaga.

"Harapannya (upah) bisa naik, harga-harga kebutuhan pokok sekarang juga sudah naik, kan," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Jual Sabu di Rumah, Suami Istri di Buleleng Digerebek Polisi

Jual Sabu di Rumah, Suami Istri di Buleleng Digerebek Polisi

Surabaya
Sarang Gangster di Sidoarjo Digerebek, Tujuh Pemuda Jadi Tersangka Kepemilikan Senjata Tajam

Sarang Gangster di Sidoarjo Digerebek, Tujuh Pemuda Jadi Tersangka Kepemilikan Senjata Tajam

Surabaya
Harga Bawang Merah di Malang Tembus Rp 35.000, Pemkot Jajaki Kerja Sama dengan Probolinggo

Harga Bawang Merah di Malang Tembus Rp 35.000, Pemkot Jajaki Kerja Sama dengan Probolinggo

Surabaya
Libur Panjang Waisak, Daop 9 Jember Tambah Rangkaian Kereta Eksekutif

Libur Panjang Waisak, Daop 9 Jember Tambah Rangkaian Kereta Eksekutif

Surabaya
4 Siswi SD di Sumenep Diduga Dicabuli Guru, Orangtua Lapor Polisi

4 Siswi SD di Sumenep Diduga Dicabuli Guru, Orangtua Lapor Polisi

Surabaya
Kesulitan Jalani Profesi dan Pendidikan, Dua Tunarungu Senang Dapat Alat Bantu Dengar dari Polisi

Kesulitan Jalani Profesi dan Pendidikan, Dua Tunarungu Senang Dapat Alat Bantu Dengar dari Polisi

Surabaya
Embarkasi Surabaya Temukan 3 'Rice Cooker', Jemaah Haji Beralasan Mau Masak Sendiri

Embarkasi Surabaya Temukan 3 "Rice Cooker", Jemaah Haji Beralasan Mau Masak Sendiri

Surabaya
Calon Jemaah Haji Asal Jember Ketahuan Bawa 'Rice Cooker' dan Rokok Berlebih

Calon Jemaah Haji Asal Jember Ketahuan Bawa "Rice Cooker" dan Rokok Berlebih

Surabaya
Terlambat Ditangani, 4 Pasien DBD di Magetan Meninggal Dunia

Terlambat Ditangani, 4 Pasien DBD di Magetan Meninggal Dunia

Surabaya
Bupati Kediri Bantu Adit Bocah Putus Sekolah karena Merawat Orangtua Stroke

Bupati Kediri Bantu Adit Bocah Putus Sekolah karena Merawat Orangtua Stroke

Surabaya
Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Selasa 21 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Selasa 21 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Surabaya
Gempa Malang Terasa sampai Banyuwangi, Warga Tak Tidur karena Takut Gempa Susulan

Gempa Malang Terasa sampai Banyuwangi, Warga Tak Tidur karena Takut Gempa Susulan

Surabaya
Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Selasa 21 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Selasa 21 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Surabaya
Polisi Madiun Sebut Bentrok Antar-pemuda Terjadi di 3 Lokasi

Polisi Madiun Sebut Bentrok Antar-pemuda Terjadi di 3 Lokasi

Surabaya
2 Anggota DPRD Madiun Mangkir Pemeriksaan dalam Kasus Dugaan Korupsi Dana Aspirasi Rp 1,5 M

2 Anggota DPRD Madiun Mangkir Pemeriksaan dalam Kasus Dugaan Korupsi Dana Aspirasi Rp 1,5 M

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com