Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kebakaran di Bromo Siklus 4 Tahunan, Baru Kali Ini Ada Tersangka"

Kompas.com - 07/09/2023, 19:58 WIB
Ahmad Faisol,
Farid Assifa

Tim Redaksi

PROBOLINGGO, KOMPAS.com - Tokoh masyarakat Tengger Supoyo menyebut bahwa kebakaran di kawasan Bromo merupakan siklus 4 tahunan.

"Sehingga dalam jangka waktu tertentu memang lahan di kawasan TNBTS selalu terjadi kebakaran di lahan setempat," kata Supoyo kepada Kompas.com di Mapolres Probolinggo, Kamis (7/9/2023).

Kebakaran di kawasan Bromo terakhir terjadi pada tahun 2019 lalu.

Namun, peristiwa kebakaran di padang sabana Bukit Teletubbies Gunung Bromo seluas 50 hektare yang dipicu letupan flare prewedding dari wedding organizer sangat disesalkan oleh Supoyo.

"Kebakaran di kawasan Bromo itu sudah menjadi siklus 3 atau 4 tahunan. Dalam waktu tertentu memang pasti terjadi kebakaran. Namun kali ini ada pengunjung yang ditetapkan sebagai tersangka. Jadi ini pertama kalinya peristiwa kebakaran di Bromo melahirkan tersangka dan terseret kasus hukum. Biarlah proses hukum berjalan," tandas Supoyo.

Baca juga: TNBTS Sebut Kebakaran di Bromo gara-gara Flare Prewedding Belum Bisa Dipadamkan

Kebakaran lahan di kawasan Bromo saat ini, jelas Supoyo, tentu merugikan masyarakat Tengger.

Sisa kebakaran yang tertiup angin mengganggu pernapasan dan menyebabkan polusi. Bahkan kawasan Bromo ditutup total akibat kebakaran yang melanda.

Dampak kebakaran juga berpengaruh terhadap masyarakat Tengger yang juga menjadi pelaku usaha wisata.

Supoyo memastikan masyarakat Tengger tetap sabar meski marah akibat kejadian tersebut. Namun kemarahan warga Tengger masih dalam batas kewajaran.

"Tidak ada ceritanya warga masyarakat Tengger marah kemudian berunjuk rasa. Kemarahan karena lelah setelah membantu tim memadamkan kebakaran," jelas Supoyo.

Belajar dari kejadian kali ini, Supoyo meminta wisatawan domestik maupun mancanegara untuk berhati-hati saat berwisata di Gunung Bromo. Apalagi saat ini musim kemarau dan angin kencang.

Pengunjung diusahakan tidak membawa barang-barang dan melakukan perbuatan yang bisa memicu kebakaran.

"Saat musim hujan pun atau ketika lahan masih hijau juga tetap harus berhati-hati karena masyarakat Tengger selaku tuan rumah di kawasan Bromo tidak ingin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," imbau Supoyo.

Masih kata Supoyo, bagi masyarakat Tengger kawasan padang sabana dan daerah lain di Bromo merupakan tempat sakral sehingga masyarakat secara kompak untuk menjaga kawasan tersebut.

"Mudah-mudahan kejadian ini yang terakhir dan tidak terulang kembali," pungkas mantan kepala Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo tersebut

Diberitakan sebelumnya, Kepolisian Resor (Polres) Probolinggo menetapkan AWEW (41), manajer wedding organizer sebagai tersangka tindak pidana kebakaran lahan sabana dan bukit Teletubbies Gunung Bromo, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.

Baca juga: Manajer Wedding Organizer Ditetapkan Tersangka Kebakaran di Bromo

Kebakaran tersebut disebabkan oleh flare asap atau suar yang digunakan saat foto prewedding di Bromo.

"Kami mengamankan enam orang, salah satunya AWEW yang dinaikkan statusnya menjadi tersangka kasus kebakaran lahan," kata Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Probolinggo AKBP Wisnu Wardana dalam konferensi pers di Mapolres Probolinggo, Kamis (7/9/2023).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com