Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wakil Ketua DPR Muhaimin Usul Dana Desa Naik Jadi Rp 5 Miliar

Kompas.com, 22 Mei 2023, 09:12 WIB
Nugraha Perdana,
Krisiandi

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Muhaimin Iskandar mengaku tengah memperjuangkan peningkatan dana desa menjadi Rp 5 miliar setiap desa. Menurutnya, hal itu penting untuk percepatan pembangunan desa yang masif.

Hal itu diungkapkan Muhaimin dalam kegiatan Sosialisasi Desa Cerdas dari Badan Pengembangan dan Informasi Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi di Universitas Islam Malang, Kota Malang, Jawa Timur pada Minggu (21/5/2023).

Pria yang akrab disapa Cak Imin itu berharap, publik tidak terlalu mengkhawatirkan adanya penyelewengan.

Baca juga: Buron 3 Bulan Kasus Korupsi Dana Desa, Mantan Kades di Lampung Tertangkap

Dia menilai, para kepala desa di Indonesia selama beberapa tahun belakangan telah baik dalam mengelola dana desa.

"Penyelewengan dan kesalahan sasaran yang dikhawatirkan tidak terbukti. Memang, pasti ada satu atau dua kesalahan penyelewengan tetapi secara umum sukses," kata Cak Imin.

Dia juga meminta para pejabat eksekutif dan legislatif di jajaran pemerintah pusat dapat mengabulkan peningkatan anggaran dana desa.

Hal itu juga sebagai strategi percepatan pembangunan melalui pemerintahan tingkat bawah.

Sebagai informasi, anggaran dana desa rata-rata saat ini rata-rata Rp 1 miliar tiap desa.

"Saya mengusulkan di 2024 ini, minimal naik lima kali lipat dana desa. Kami berani berkomitmen, bahwa Rp 5 miliar ini akan menggeliatkan percepatan pembangunan desa secara masif," katanya.

Namun, Cak Imin berpesan dua hal, terkait upaya kenaikan dana desa tersebut. Pertama, kepala desa diminta konsisten dan istiqomah menjaga kepercayaan pimpinan dan rakyat untuk mengelola dana desa sebaik-baiknya.

Kedua, partisipasi atau keterlibatan masyarakat dalam rencana kerja pembangunan desa harus dapat ditingkatkan.

Cak Imin optimistis bahwa peningkatan dana desa akan efisien berkorelasi dengan percepatan pembangunan nasional. Seperti halnya, pertumbuhan ekonomi nasional bisa terjaga.

Baca juga: Buron 3 Bulan Kasus Korupsi Dana Desa, Mantan Kades di Lampung Tertangkap

"Karena ini salah satu penopangnya, adalah desa. Dulu waktu pandemi, apa yang disebut bansos itu paling efektif adalah dana desa," katanya.

Kepala desa juga dinilai menjadi pihak yang betul-betul mengetahui kondisi masyarakat. Sehingga, diharapkan data sosial kemasyarakatan dapat valid didapatkan.

"Kepala desa tahu persis warganya yang miskin dan tahu persis yang butuh hari ini dan tahu persis mana yang bisa ditunda. Karena itu, data nasional hendaknya berdasarkan data yang ada di kepala desa. Bukan berdasarkan data-data di kementerian, karena saya tidak percaya dengan data di kementerian," katanya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau