Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ngabuburit ala Penyintas Cilik Semeru, Mengaji di Tenda Pengungsian

Kompas.com - 07/04/2022, 17:01 WIB
Miftahul Huda,
Priska Sari Pratiwi

Tim Redaksi


LUMAJANG, KOMPAS.com - Berada di tenda pengungsian saat bulan suci Ramadhan tidak membuat semangat anak-anak untuk menuntut ilmu agama redam.

Setidaknya terdapat 60 santri kecil dengan khidmat belajar mengaji di salah satu tenda pengungsian di lapangan Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Rabu (6/4/2022).

Anak-anak yang merupakan korban erupsi Gunung Semeru awal Desember lalu itu terlihat semangat dan antusias untuk belajar agama meski dengan kondisi serba terbatas.

Baca juga: Balap Liar Saat Ngabuburit di Lumajang, Motor Disita hingga Lebaran

Didampingi orang tua dan para ustaz, mereka belajar membaca Al Quran dan kitab kuning.

Cuaca yang sangat terik di tengah ibadah puasa tak sedikit pun membuat anak-anak tersebut lesu. Mereka tetap terlihat riang bermain dan belajar.

Fida, salah satu santri kecil asal Dusun Curah Kobokan, Kabupaten Lumajang mengaku senang meski pada Ramadhan tahun ini ia harus belajar mengaji di tenda pengungsian. 

Selain bisa bertemu dengan teman sejawatnya, para ustaz yang mengajar pun mampu menghibur.

"Iya sambil nunggu buka ngaji, senang bisa ketemu teman-teman, ustaznya sering kasih jajan (kue)," kata Fida, Kamis (7/4/2022).

Baca juga: Kreatif, Relawan di Lokasi Erupsi Semeru Sulap Sampah Jadi Sofa Mewah

Senada dengan Fida, Rohmah salah seorang wali murid yang mengantarkan putranya mengaji di tenda pengungsian mengaku senang melihat putranya belajar.

Namun ia tak memungkiri ada perasaan sedih meratapi kondisi di pengungsian.

"Kalau lihat anak-anak itu lucu juga senang tapi kalau ingat keadaan gitu suka sedih," ungkapnya.

Sedangkan, Imam Syafi'i salah satu ustaz yang mengajar menjelaskan bahwa kegiatan belajar mengajarnya telah berjalan lama sejak seminggu setelah erupsi.

Tidak hanya untuk anak-anak, tapi pengajian tersebut juga dibuka untuk orang dewasa.

"Kalau anak-anak setiap hari dari jam 3 sampai jam 5, kalau ibu-ibu tiga hari sekali," katanya. 

Baca juga: Gunung Semeru Kembali Keluarkan Awan Panas Sejauh 4 Kilometer

Meski kondisinya jauh dari kata layak sebab proses pembelajaran dilaksanakan di tenda pengungsian, Imam dan dua orang rekannya punya prinsip bahwa berbagi bisa dimana pun.

Namun, ia berharap jika kelak hunian di tempat relokasi telah usai, pemerintah bisa menyediakan tempat khusus untuk mengaji.

"Semoga nanti segera bisa dibangunkan tempat yang lebih layak untuk anak-anak dan warga lain mengaji," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com