Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai Fenomena Arisan Online Fiktif, Akademisi: Niatnya Sudah Tak Lagi Sama

Kompas.com - 09/03/2022, 09:22 WIB
Rachmawati

Penulis

KOMPAS.com - Beberapa waktu terakhir, marak penipuan yang mengatasnamakan investasi. Salah satunya adalah modus arisan online.

Bahkan total kerugian yang dialami para korban mencapai miliaran rupiah.

Seperti di Banjarmasin. Seorang anggota polisi istrinya ditangkap karena terlibat kasus arisan online fiktif dengan kerugian korban mencapai Rp 11 milliar.

Total ada 365 orang yang mengaku menjadi korban Briptu M dan istrinya, RA. Sang istri mengaku sudah menjadi bandar arisan online sejak 2017.

Baca juga: Korban Arisan Online Bodong di Banjarmasin Terus Bertambah, Total Kerugian Kini Capai Rp 11 Miliar

Ia juga dikenal dengan gaya hidupnya yang mewah seperti mengunggah foto barang mahal serta saat naik helikopter.

RA juga pernah menggelar pesta mewah di sebuah mal yang menghabiskan biaya mencapai ratusan juta rupiah.

Tak hanya di Banjarmasin. Polisi juga mengamankan tersangka asrisan di Sumedang dengan total kerugian mencapai Rp 21 miliar.

Sementara di Cilacap, polisi membongkar arisan online dengan kerugian mencapai Rp 13,4 miliar. Di Salatiga, polisi juga menangkap tersangka RAP yang mengelola arisna online dengan kerugian mencapai Rp 4,7 miliar.

Baca juga: 7 Kasus Arisan Online dengan Kerugian Miliaran Rupiah, Ada yang Pelakunya Polisi hingga Istri Brimob

Akademisi: niat arisannya sudah beda

Ilustrasi rupiahShutterstock/Pramata Ilustrasi rupiah
Terkait fenomena arisan fiktif tersebut, Linda Dwi Eriyanti, dosen Fisip Univeritas Negeri Jember mengatakan jika saat ini makna arisan sudah bergeser.

Menurutnya, awalnya arisan dilakukan sebagai bentuk solidaritas, namun kini niatnya sudah berubah yakni untuk mencari keuntungan.

"Arisan dulu dilakukan konteksnya untuk membantu di komunitas yang memiliki ikatan tertentu. Sebagai bentuk solidaritas. Seperti arisan untuk biaya pernikahan atau arisan keluarga untuk silaturahmi. Sekarang niat arisannya sudah beda," kata Linda saat dihubungi Kompas.com, Selasa (8/3/2022).

Baca juga: Bertambah, Jumlah Pelapor Arisan Bodong di Sumedang dan Kabupaten Bandung

Karena perkembangan zaman khususnya di era digital, orang akhirnya ikut arisan untuk mendapatkan keuntungan, bukan lagi karena alasan solidaritas.

Hal tersebut memunculkan masalah baru karena peserta arisan online tidak memahami finansial digital yang baik.

"Yang penting ada untung besar, akhirnya mereka tertarik untuk ikut arisan. Para korban juga tak memahami pengetahuan tentang finasial digital dan hanya modal kepercayaan," kata Linda.

Ia juga mengatakan penggunaan media sosial juga berpengaruh besar terhadap fenomena arisan online fiktif ini.

Baca juga: Arisan Bodong Rp 6 M di Banjarmasin, Oknum Polisi dan Istrinya Jadi Tersangka, Kerap Pamer Hidup Mewah di Medsos

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Komnas PA Dampingi Korban Pencabulan Polisi di Surabaya

Komnas PA Dampingi Korban Pencabulan Polisi di Surabaya

Surabaya
Belasan Ribu Lahan Tadah Hujan di Nganjuk Bakal Dilakukan Pompaisasi

Belasan Ribu Lahan Tadah Hujan di Nganjuk Bakal Dilakukan Pompaisasi

Surabaya
Usai ke PDI-P, Bupati Jember Daftar Penjaringan Bacabup ke PKB

Usai ke PDI-P, Bupati Jember Daftar Penjaringan Bacabup ke PKB

Surabaya
Eks Lokalisasi Gunung Sampan di Situbondo Diubah Menjadi Wisata Karaoke

Eks Lokalisasi Gunung Sampan di Situbondo Diubah Menjadi Wisata Karaoke

Surabaya
Harga Gula di Kota Malang Naik Jadi Rp 17.500 Per Kilogram

Harga Gula di Kota Malang Naik Jadi Rp 17.500 Per Kilogram

Surabaya
Mobil Pribadi Terjebak di Sabana Bromo, Begini Aturannya

Mobil Pribadi Terjebak di Sabana Bromo, Begini Aturannya

Surabaya
Makan Korban WNA, Spot Foto di Kawah Ijen Banyuwangi Akhirnya Ditutup

Makan Korban WNA, Spot Foto di Kawah Ijen Banyuwangi Akhirnya Ditutup

Surabaya
Respons Kuasa Hukum Korban Kekerasan atas Bantahan Anak Anggota DPRD Surabaya

Respons Kuasa Hukum Korban Kekerasan atas Bantahan Anak Anggota DPRD Surabaya

Surabaya
Sepekan PDI-P Buka Pendaftaran Pilkada Madiun, Belum Ada yang Ambil Formulir

Sepekan PDI-P Buka Pendaftaran Pilkada Madiun, Belum Ada yang Ambil Formulir

Surabaya
Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Rabu 24 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Rabu 24 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Surabaya
Ribuan Ulat Bulu “Serang” Permukiman di Ponorogo, Warga: Gatal-gatal meski Sudah Mandi

Ribuan Ulat Bulu “Serang” Permukiman di Ponorogo, Warga: Gatal-gatal meski Sudah Mandi

Surabaya
Isa Bajaj Minta Pemkab Pasang CCTV di Alun-alun Magetan Usai Insiden yang Menimpa Anaknya

Isa Bajaj Minta Pemkab Pasang CCTV di Alun-alun Magetan Usai Insiden yang Menimpa Anaknya

Surabaya
Gibran dan Bobby Disebut Akan Terima Satyalancana dari Presiden Jokowi di Surabaya

Gibran dan Bobby Disebut Akan Terima Satyalancana dari Presiden Jokowi di Surabaya

Surabaya
Bendahara PNPM di Magetan Dijebloskan ke Sel

Bendahara PNPM di Magetan Dijebloskan ke Sel

Surabaya
Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Rabu 24 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Rabu 24 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com