SURABAYA, KOMPAS.com - Libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) kerap jadi momen masyarakat untuk berwisata, meski cuaca kini kerap tidak menentu.
Apalagi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan potensi cuaca ekstrem pada bulan Desember-Februari 2026, di sejumlah wilayah di Indonesia.
Menghadapi kondisi tersebut, penting bagi calon wisatawan untuk mempersiapkan diri agar perjalanan wisata tetap aman dan nyaman.
Dosen D4 Destinasi Pariwisata, Fakultas Vokasi (FV) Universitas Airlangga (UNAIR), Novianto Edi Suharno SSTPar MSi, memberikan sejumlah panduan liburan aman berdasarkan pengamatan dan analisis terkini.
Baca juga: BMKG Ingatkan Potensi Cuaca Ekstrem Landa NTT Selama Sepekan, Ini Daerahnya
Novianto menekankan bahwa keselamatan harus tetap menjadi prioritas utama daripada rencana perjalanan.
“Prinsip utamanya ya kita harus mengutamakan keselamatan terlebih dahulu, bukan lagi rencana perjalanan wisatanya. Kemungkinan kita masih juga punya waktu untuk mengunjungi di lain waktu atau lain bulan,” katanya saat berbincang dengan Kompas.com, Senin (8/12/2025).
Dosen D4 Destinasi Pariwisata, Fakultas Vokasi (FV) Universitas Airlangga (UNAIR), Novianto Edi Suharno SSTPar MSiPertama, Novianto menyarankan agar calon wisatawan terus melakukan pemantauan terhadap informasi cuaca dari BMKG.
Pemantauan kondisi cuaca tersebut menjadi penting, khususnya untuk wilayah destinasi tujuan.
Mengetahui kondisi cuaca, menurut dia, membantu dalam pemilihan sarana transportasi dengan memprioritaskan moda yang relatif aman.
Baca juga: BMKG Ungkap Potensi Cuaca Buruk Ganggu Penerbangan-Pelayaran Saat Libur Natal
Kemudian, Novianto merekomendasikan untuk memilih tempat menginap dengan kebijakan pembatalan dan pengembalian dana yang fleksibel.
“Bisa kereta api misal, kemudian kalau pakai kendaraan pribadi disesuaikan jenis kendaraan dengan destinasi, kalau ke gunung jangan pakai sedan," ujarnya.
“Kemudian pilih pemesanan akomodasi yang fleksibel untuk pembatalan dan refund. Jadi karena cuaca yang sulit diprediksi kita bisa pilih last minute booking saat kondisi cuaca sudah jelas,” kata Novianto melanjutkan.
Novianto juga menggarisbawahi terkait pemilihan destinasi. Menurut dia, destinasi indoor seperti museum, pusat perbelanjaan, galeri seni, atau pertunjukan dalam gedung dinilai lebih resilien.
“Kalau ke alam itu usahakan memiliki kawasan konservasi yang memang sudah memiliki manajemen konservasi, tata kelola yang baik jadi infrastrukturnya itu jelas ada rute evakuasi dan juga punya peringatan dini untuk bencana,” ujarnya.
Baca juga: Libur Akhir Tahun 2025 selama 2 Minggu Berlaku untuk Siapa?
Tak hanya perencanaan matang, dia juga menyebutkan beberapa kiat-kiat jika wisatawan terlanjur terjebak dalam kondisi ekstrem ketika telah tiba di destinasi wisata.
“Pahami titik evakuasi. Hentikan aktivitas jika memang tidak memungkinkan. Misal di gunung ada badai, protokol utamanya hentikan pendakian,” katanya.
Novianto juga mengimbau kepada seluruh masyarakat luas untuk senantiasa melihat situasi dan selalu mengutamakan keselamatan.
“Jangan kemudian memaksakan aktivitas yang outdoor berdasarkan atas pengalaman lampau karena yang namanya alam dan outdoor itu unpredictable,” ujarnya.
“Kita harus menguatkan literasi kita dalam cuaca dan kita juga harus membangun komunikasi yang aktif terutama dengan destinasi yang akan kita kunjungi,” kata Novianto lagi.
Baca juga: Jelang Libur Nataru, Ini Imbauah Wali Kota Bandung Farhan untuk Wisatawan
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang