Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelari Surabaya “Berlomba” Tembus Cuaca Panas Ekstrem, Atur Waktu Jadi Kunci

Kompas.com, 16 Oktober 2025, 12:02 WIB
Suci Rahayu,
Bilal Ramadhan

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com — Cuaca Kota Surabaya, Jawa Timur dalam beberapa waktu terakhir terasa semakin panas menyengat.

Panas dirasakan bukan sekadar terik biasa, tetapi panas yang seolah menempel di kulit dan membuat siapa pun berpikir dua kali sebelum keluar rumah.

Bagi para pelari Kota Pahlawan, di tengah suhu yang membakar, perubahan suhu ini menjadi tantangan baru dalam menjaga konsistensi berolahraga untuk tetap sehat, dan memilih beradaptasi daripada berhenti.

Salah satunya, Budi Setiawan, mengaku perubahan cuaca belakangan ini benar-benar terasa di tubuhnya.

“Panas di Surabaya akhir-akhir ini memang nyata dan intensitasnya cukup tinggi, lebih dari sekadar cuaca biasanya."

Baca juga: Suhu Surabaya 36 Derajat Terasa Menyengat Seperti 41 Derajat, BMKG Jelaskan Alasannya

"Saya sebagai pelari lebih bisa merasakan perubahan ini. Lari pagi sekarang terasa mataharinya lebih terik dari biasanya,” ujar dia.

Menurut dia, efek signifikan terhadap stamina adalah badan menjadi lebih cepat haus. Namun perubahan cuaca juga memaksanya menyesuaikan rutinitas disela-sela bekerja.

“Biasanya lari 10 kilometer, sekarang jadi 7 kilometer. Jamnya juga harus benar-benar on time, start 5.30 pagi langsung lari. Kalau sudah jam 6, banyak yang mengeluh panas,” kata pria yang biasa disapa Budi itu.

Baca juga: Cuaca Panas Jogja Tembus 36 Derajat Celsius, BMKG Ungkap Kapan Sejuk Kembali

Untuk bertahan di tengah suhu ekstrem ini, ia punya kiat tersendiri. Terutama menjaga kondisi dengan lebih banyak minum dan lebih sering agar tidak dehidrasi.

"Hindari minuman berwarna, bergula, dan bersoda. Lebih disarankan sering minum air putih. Setiap hari lari setelah subuhan biar nggak panas, jam 5 pagi sudah start,” imbuhnya sambil tertawa kecil.

Selain itu, cuaca yang panas ini juga mempengaruhi intensitas latihan sehari-hari dan bersama komunitas larinya Riot Indonesia Chapter Surabaya ikut menurun.

“Sekarang lari sehari sekali saja. Kalau nggak males, sore kadang lari lagi, tapi jarang,” kata Budi Setiawan.

Panas yang “Menusuk Kulit” dan Rutinitas yang Berubah

Sementara itu cerita serupa datang dari Raya Akbar, yang juga rutin berolahraga lari. Ia mengaku, sejak September lalu di Surabaya terasa lebih panas dari sebelumnya.

“Sampai nusuk-nusuk di kulit. Biasanya olahraga sore, sekarang nggak mendukung karena panasnya luar biasa. Jadi dimundurin ke malam hari, dan persiapan air harus lebih banyak karena cuacanya lembap banget, cepat dehidrasi,” tuturnya.

Kegiatan olahraga yang biasanya dilakukan sore hari kini ikut terganggu karena cuacanya panas sekali.

Halaman:


Terkini Lainnya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau