Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Guru TK di Jombang, Gaji Kurang dari Rp 400.000 dan Tak Mampu Perbaiki Rumah Bocor

Kompas.com, 13 Oktober 2025, 18:56 WIB
Moh. SyafiĆ­,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

JOMBANG, KOMPAS.com - Kondisi memprihatinkan dialami Yuliana Emawati (43), warga Dusun Johowinong, Desa Johowinong, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

Sebagai guru untuk anak-anak TK dan playgroup, ia tidak menikmati fasilitas tempat tinggal yang layak.

Sejak 9 tahun lalu, Yuliana tinggal di rumah sederhana bersama satu anaknya yang kini duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP).

Pantauan Kompas.com, rumah yang menjadi tempat tinggal Yuliana dan anaknya, memang tampak sangat sederhana.

Baca juga: Kisah Na’ilaa, Lulus dari UB di Usia 19 Tahun IPK 3,90 dan Sudah Bekerja

Bangunan rumahnya hanya pada bagian depan yang merupakan dinding berbahan bata dan semen. Bagian tengah hingga belakang terbuat dari triplek dan anyaman bambu.

Lantai rumahnya masih berupa tanah yang ditutup dengan terpal. Hanya bagian teras rumah dan ruang tamu yang berlantai semen.

“Rusaknya sudah jalan 2 tahun ini. Tidak bisa memperbaiki, karena tidak punya uang,” kata Yulian saat ditemui di rumahnya, Senin (13/10/2025).

Ia menuturkan, kondisi rumahnya diperparah atap bocor, dinding dari bambu miring, serta rusak dan berlubang.

Dijelaskan Yuliana, sebagai langkah penanganan darurat, dinding atau bagian rumah yang rusak, terpaksa ditutup dengan banner bekas.

Saat turun hujan, ungkapnya, hampir semua bagian rumahnya mengalami kebocoran. Hanya tersisa satu ruangan yang aman dari kebocoran, yakni kamar tidur.

Baca juga: Kisah Henry Manampiring Bangkit dari Depresi Lewat Filosofi Stoisisme

“Kalau hujan ya di sini bocor, sana bocor, itu juga bocor. Untungnya di kamar tidak bocor,” ungkap Yuliana, sambil menunjuk bagian rumahnya yang bocor saat turun hujan.

Gaji kurang dari Rp 400.000

Dalam kesehariannya, Yuliana tinggal bersama anaknya yang kini duduk di bangku SMP. Selain mengajar, ia juga membuka toko kecil berjualan makanan ringan dan bahan dapur.

Untuk ke sekolah, Yuliana setiap hari menggunakan sepeda pancal dari rumah dengan waktu tempuh rata-rata 20 hingga 25 menit.

Sebagai guru TK dan playgroup di Kecamatan Sumobito, ia memperoleh penghasilan kurang dari Rp 400.000 per bulan.

Sebagai penopang kehidupan sehari-hari, Yuliana membuka toko yang pendapatannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar rumah tangga.

Baca juga: Kisah Wanita yang Tak Diakui Indonesia dan Malaysia, Kini Tak Punya Kewarganegaraan

Halaman:


Terkini Lainnya
Jadi Kurir Paket, Hamdan Kerap Bantu Pelanggan supaya Tak Tertipu Pesanan Palsu
Jadi Kurir Paket, Hamdan Kerap Bantu Pelanggan supaya Tak Tertipu Pesanan Palsu
Surabaya
Kisah Mahasiswa di Surabaya Kerja Sampingan Jadi Kurir Makanan demi Uang Kuliah
Kisah Mahasiswa di Surabaya Kerja Sampingan Jadi Kurir Makanan demi Uang Kuliah
Surabaya
Dua Pelaku Pemalakan di Pantai Bangsring Banyuwangi Beraksi Sejak 2023
Dua Pelaku Pemalakan di Pantai Bangsring Banyuwangi Beraksi Sejak 2023
Surabaya
Wisatawan Lansia Dipungli 'Uang Pengawalan' Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Wisatawan Lansia Dipungli "Uang Pengawalan" Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Surabaya
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
Surabaya
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Surabaya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau