Sebagai guru untuk anak-anak TK dan playgroup, ia tidak menikmati fasilitas tempat tinggal yang layak.
Sejak 9 tahun lalu, Yuliana tinggal di rumah sederhana bersama satu anaknya yang kini duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP).
Pantauan Kompas.com, rumah yang menjadi tempat tinggal Yuliana dan anaknya, memang tampak sangat sederhana.
Bangunan rumahnya hanya pada bagian depan yang merupakan dinding berbahan bata dan semen. Bagian tengah hingga belakang terbuat dari triplek dan anyaman bambu.
Lantai rumahnya masih berupa tanah yang ditutup dengan terpal. Hanya bagian teras rumah dan ruang tamu yang berlantai semen.
“Rusaknya sudah jalan 2 tahun ini. Tidak bisa memperbaiki, karena tidak punya uang,” kata Yulian saat ditemui di rumahnya, Senin (13/10/2025).
Ia menuturkan, kondisi rumahnya diperparah atap bocor, dinding dari bambu miring, serta rusak dan berlubang.
Dijelaskan Yuliana, sebagai langkah penanganan darurat, dinding atau bagian rumah yang rusak, terpaksa ditutup dengan banner bekas.
Saat turun hujan, ungkapnya, hampir semua bagian rumahnya mengalami kebocoran. Hanya tersisa satu ruangan yang aman dari kebocoran, yakni kamar tidur.
“Kalau hujan ya di sini bocor, sana bocor, itu juga bocor. Untungnya di kamar tidak bocor,” ungkap Yuliana, sambil menunjuk bagian rumahnya yang bocor saat turun hujan.
Gaji kurang dari Rp 400.000
Dalam kesehariannya, Yuliana tinggal bersama anaknya yang kini duduk di bangku SMP. Selain mengajar, ia juga membuka toko kecil berjualan makanan ringan dan bahan dapur.
Untuk ke sekolah, Yuliana setiap hari menggunakan sepeda pancal dari rumah dengan waktu tempuh rata-rata 20 hingga 25 menit.
Sebagai guru TK dan playgroup di Kecamatan Sumobito, ia memperoleh penghasilan kurang dari Rp 400.000 per bulan.
Sebagai penopang kehidupan sehari-hari, Yuliana membuka toko yang pendapatannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar rumah tangga.
“(Gaji) Nggak sampai Rp 400.000 per bulan. Itu ya hanya cukup sangu (uang saku) anak saya sekolah,” kata Yuliana.
“Untuk makan dan kebutuhan sehari-hari ya dari jualan seperti ini,” lanjut Yuliana.
Meski hidup dengan keterbatasan ekonomi, Yuliana mengaku belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah, terutama bantuan khusus untuk perbaikan rumah.
Seingatnya, ia pernah mendapatkan bantuan berupa paket sembako dan paket ayam beku dari Warsubi, sosok yang kini menjadi Bupati Jombang.
“Nggak pernah dapat (Bansos) dari pemerintah. Dulu pernah dari Bapak yang sekarang jadi Bupati Jombang,” ungkap Yuliana.
Harapan terbesar Yuliana saat ini adalah mendapatkan bantuan untuk memperbaiki rumahnya, yang sangat mendesak untuk segera diperbaiki.
“Saya kepinginnya dapat bantuan bedah rumah, tapi nggak tahu caranya meminta bantuan untuk perbaikan rumah,” ujar dia.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/10/13/185613078/kisah-guru-tk-di-jombang-gaji-kurang-dari-rp-400000-dan-tak-mampu-perbaiki