Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Ruang Kelas, Seorang Guru Ikut Hadirkan Bentuk Perjuangan Tragedi Kanjuruhan melalui Film

Kompas.com, 1 Oktober 2025, 19:39 WIB
Suci Rahayu,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

KOTA BATU, KOMPAS.com - Tragedi Kanjuruhan yang menelan lebih dari 135 korban jiwa pada 1 Oktober 2022 silam, tidak hanya meninggalkan luka mendalam.

Peristiwa itu juga melahirkan berbagai bentuk perjuangan untuk mencari keadilan.

Salah satunya lahir dari dunia seni, rumah produksi Pal8 Pictures bersama Matta Cinema Production menggarap film fiksi berjudul Pintu Kanjuruhan, yang mengangkat kisah tragedi Kanjuruhan.

Kini, proyek Pintu Kanjuruhan yang akan diproduksi pada 2026 telah diperkenalkan di Busan International Film Festival di Korea Selatan.

Film ini diharapkan tidak hanya menjadi karya seni, tetapi juga perjuangan dari tragedi yang hingga kini masih menanti keadilan.

Baca juga: Peringati 3 Tahun Tragedi Kanjuruhan, Keluarga Korban Demo di Depan Komnas HAM

Menariknya, salah satu penulis film fiksi ini adalah Adelia Rahma, seorang guru SMAN 1 Ngantang, Kabupaten Malang.

Dari kesehariannya mengajar di kelas, ia turut menuliskan kisah yang akan dibawa ke panggung perfilman Indonesia dan internasional.

Bukan suporter tapi dapat banyak masukan

Adelia mengaku tidak pernah membayangkan bisa terlibat dalam film Pintu Kanjuruhan ini.

Semuanya bermula dari forum penulis yang diikutinya, kemudian bekerja sama dengan rumah produksi untuk mengadaptasi karya jurnalistik menjadi film.

“Untuk proses pembuatan penulisan sejak Juli 2025 lalu dan saat ini sedang dalam proses penyempurnaan,” kata perempuan yang biasa disapa Adel itu kepada Kompas.com.

Meski bukan suporter fanatik, ia mendapat banyak masukan dari suaminya yang pernah menulis tesis tentang Arema.

Dari seringnya berdiskusi itu, ia mengenal lebih jauh detail klub dan suasana stadion.

Baca juga: Merawat Ingatan Tragedi Kanjuruhan, Mahasiswa FIB UB Gelar Pameran Seni Gugat Impunitas

“Kebetulan saya kan tidak pernah ke stadion jadi saya juga minta jelasin bagaimana cara masuknya sampai suasana di stadion,” imbuhnya.

Selain itu, ia juga mendengar banyak cerita dari teman-temannya yang merupakan suporter Arema, Aremania, sehingga semua pengalaman itu menjadi bahan berharga untuk naskah yang ditulis.

Menulis dari perspektif kemanusiaan, sepak bola hanya hiburan, nyawa tidak bisa diganti

Meski latar belakangnya bukan dari dunia sepak bola, pada film ini perempuan asli Kota Batu ini menekankan bahwa penulisan filnya dari sudut pandang kemanusiaan.

Apalagi sebagai seorang guru, ia melihat langsung dampak dari murid-muridnya yang juga suporter Arema mengalami trauma setelah tragedi Kanjuruhan itu.

“Nah siswa-siswa ku banyak yang suporter Arema. Jadi pada saat tragedi Kanjuruhan itu yang lebih dari 10 orang lumayan lah siswa-siswa ini berada di dalam stadion."

"Kemudian keesokan harinya saat pembelajaran di kelas saya melihat bagaimana trauma-traumanya mereka, ya psikis mereka benar-benar terhantam," tutur Adelia.

Baca juga: 3 Tahun Tragedi Kanjuruhan, Arema FC Janji Tak Henti Berbenah

"Sehingga itu memperkaya pustaka rasa saya untuk tulisan. Bagaimana mereka harus berjuang untuk keluar dari stadion lalu melewati korban yang bergeletakan mereka semua cerita,” sambungnya.

Adelia Rahma seorang guru asal Kota Batu yang menjadi penulis film Pintu Kanjuruhan sebagai bentuk perjuangan mencari keadilan atas Tragedi Kanjuruhan yang merenggut 135 nyawa dan ratusan suporter terluka.Dokumentasi Pribadi Adelia Rahma seorang guru asal Kota Batu yang menjadi penulis film Pintu Kanjuruhan sebagai bentuk perjuangan mencari keadilan atas Tragedi Kanjuruhan yang merenggut 135 nyawa dan ratusan suporter terluka.

Sebagai penulis, ia menyadari bahwa tragedi Kanjuruhan ini memiliki banyak sudut pandang, namun yang paling penting adalah menyuarakan penderitaan rakyat kecil yang menjadi korban.

“Ya sepak bola ini hiburan karena tidak sebanding dengan nyawa manusia. Kalau ngomongin Kanjuruhan itu kan banyak sekali dari sudut pandang. Baik dari sudut pandang kepentingan dan lain-lain tapi yang menjadi korban tetap rakyat kecil."

Baca juga: 1.000 Hari Tragedi Kanjuruhan, Luka Tak Kasatmata di Kaki dan Hati Bagas Satria

"Mereka itu adalah yang paling rentan nah ini menjadi kenyataan seperti itu,” ujar perempuan berusia 35 tahun.

Menulis sebagai alat perjuangan harapan untuk keadilan

Kini baginya, keterlibatan dalam film Pintu Kanjuruhan ini bukan sekadar menulis, tetapi turut berjuang mencari keadilan.

“Karena sampai saat ini belum ada keadilan yang diterima korban tragedi. Siapa pelakunya walaupun sudah ditetapkan. Kita belum menerima jawaban apapun,” kata Adelia.

Untuk itu ia berharap tragedi yang termasuk kerusuhan mematikan nomor dua di sepak bola dunia, setelah tragedi di Stadion Estadio Nacional Peru pada 1964 ini menjadi pelajaran besar bagi Indonesia agar tidak pernah terulang.

“Keadilan ditegakkan seadil-adilnya terhadap korban tragedi Kanjuruhan dan jangan sampai terulang lagi. Ini tamparan keras untuk negara kita bahwa negara kita masih gagap terhadap pengelolaan event besar, terutama bola,” pungkasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Gerai Koperasi Merah Putih Dibangun di Lahan Produktif, Aktivis Lingkungan Bersuara
Gerai Koperasi Merah Putih Dibangun di Lahan Produktif, Aktivis Lingkungan Bersuara
Surabaya
Maling Sapi Tewas Ditembak Aparat di Bangkalan
Maling Sapi Tewas Ditembak Aparat di Bangkalan
Surabaya
Posko Bangkalan Berbagi Segera Kirim Seragam Sekolah, Baju Baru hingga Sembako untuk Bencana Aceh
Posko Bangkalan Berbagi Segera Kirim Seragam Sekolah, Baju Baru hingga Sembako untuk Bencana Aceh
Surabaya
Kuliah Sambil Jadi Kurir Paket, Gibran Harus Pandai Bagi Waktu dan Rendahkan Ego
Kuliah Sambil Jadi Kurir Paket, Gibran Harus Pandai Bagi Waktu dan Rendahkan Ego
Surabaya
Jadi Kurir Paket, Hamdan Kerap Bantu Pelanggan supaya Tak Tertipu Pesanan Palsu
Jadi Kurir Paket, Hamdan Kerap Bantu Pelanggan supaya Tak Tertipu Pesanan Palsu
Surabaya
Kisah Mahasiswa di Surabaya Kerja Sampingan Jadi Kurir Makanan demi Uang Kuliah
Kisah Mahasiswa di Surabaya Kerja Sampingan Jadi Kurir Makanan demi Uang Kuliah
Surabaya
Dua Pelaku Pemalakan di Pantai Bangsring Banyuwangi Beraksi Sejak 2023
Dua Pelaku Pemalakan di Pantai Bangsring Banyuwangi Beraksi Sejak 2023
Surabaya
Wisatawan Lansia Dipungli 'Uang Pengawalan' Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Wisatawan Lansia Dipungli "Uang Pengawalan" Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Surabaya
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
Surabaya
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Surabaya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau