SIDOARJO, KOMPAS.com - Pakar Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Muji Himawan, terlibat dalam proses penanganan ambruknya mushala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur.
Bangunan yang difungsikan sebagai mushala tiga lantai di area asrama putra Ponpes Al Khoziny Sidoarjo ambruk dan menimpa para santri saat sedang melakukan shalat Ashar sekitar pukul 15.00 WIB, Senin (29/9/2025).
Baca juga: Proses Evakuasi Korban Reruntuhan Ponpes Al Khoziny Memasuki Masa Golden Time
Proses penanganan dan evakuasi masih berjalan hingga saat ini. Tim SAR gabungan bersama ahli konstruksi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya telah melakukan analisis penyebab runtuhan.
Pakar Teknik Sipil ITS Surabaya Muji Himawan melihat kondisi bangunan mushala empat lapis tersebut memiliki elemen struktur yang sudah hancur. Artinya, terjadi kegagalan konstruksi.
“Intinya elemen struktur sudah hancur semua,” kata Muji kepada awak media di lokasi kejadian, Rabu (1/10/2025).
Himawan mengatakan kondisi di mana seluruh struktur bangunan mulai dari balok, beton, maupun plat yang hancur membuat tim SAR gabungan kesulitan melakukan proses evakuasi.
“Ini ada 4 lapis lantai yang ambruk, collapse ini menyusahkan teman-teman Basarnas untuk melakukan untuk mengakses ke lokasi,” imbuhnya.
Baca juga: Rumah Sakit di Sidoarjo Mulai Siapkan Kantong Jenazah untuk Korban Tragedi Ponpes Al Khoziny
Saat ini, pihaknya bersama tim SAR gabungan masih fokus pada evakuasi para korban yang masih terjebak.
Apabila seluruh proses evakuasi dinyatakan tuntas, tim akan mengangkat elemen-elemen struktur bangunan.
“Kami akan membantu untuk proses pengangkatan elemen-elemen struktur, baik balok, beton maupun plat, yang runtuh sampai di lantai dasar,” ujarnya.
Himawan akan melakukan perhitungan matang sebelum memasuki proses pengangkatan elemen struktur bangunan.
Sebab, bangunan mushala Ponpes Al Khoziny yang runtuh terhubung dengan bangunan di sekitarnya.
“Kita juga mengamankan bangunan-bangunan di samping, supaya tidak ikut ambruk, sehingga nantinya kita akan pertahankan,” ujar Himawan.
Baca juga: 2 Korban Reruntuhan Ponpes Al Khoziny Berhasil Dievakuasi, 1 Santri dalam Keadaan Hidup
Ia akan menggunakan alat khusus untuk proses pengangkatan. Sebab, metode ini wajib dilakukan secara hati-hati agar bangunan di sekitarnya tetap aman.
“Kita potong dengan maksimum 1 ton dengan alat tangkar, dan tidak boleh ditarik, sampai itu rilis, sampai itu bebas, baru bisa diangkat,” sambungnya.
Tim tak ingin terburu-buru karena mengedepankan keamanan para santri yang masih terjebak untuk diupayakan evakuasi.
“Memang ini membutuhkan waktu, tapi kita punya teknik untuk mendapatkan kecepatan, karena memang nantinya kita harus memperhitungkan kondisi tubuh yang sudah ada di bawah,” pungkasnya.
Sebagaimana diketahui sebelumnya, berdasarkan analisis tim SAR gabungan, penyebab ambruknya bangunan mushala Ponpes Al Khoziny adalah kegagalan konstruksi akibat ketidakmampuan menahan beban dari kapasitas seharusnya.
Baca juga: Ada Gempa Sumenep, Posisi Korban Reruntuhan Ponpes Al Khoziny Makin Terperosok dan Terjepit
Tim SAR gabungan mendeteksi posisi korban berada di 15 titik tersebar di zona A1 dan A2.
Tujuh orang berstatus merah (masih ditemukan tanda kehidupan) dan delapan berstatus hitam (tidak ditemukan tanda-tanda kehidupan).
13 orang berhasil dievakuasi petugas. Empat diantaranya dinyatakan meninggal dunia. Sementara lainnya menjalani perawatan di rumah sakit terdekat.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang