Pria yang biasa disapa Inal itu menegaskan bahwa program ini hadir bukan semata soal harga, tetapi juga soal menciptakan pengalaman berbeda di stadion. Atmosfer tribun Kanjuruhan diharapkan lebih berwarna, dengan kehadiran anak-anak yang ikut memberi dukungan.
“Program ini diharapkan dapat memperluas basis penonton, sekaligus menegaskan komitmen Arema FC dalam menciptakan atmosfer stadion yang ramah bagi keluarga,” kata pria berkacamata itu.
Tak berhenti di situ, manajemen Arema FC juga membuka kemungkinan menghadirkan tiket khusus pelajar. Langkah ini sedang dipertimbangkan dengan matang agar tidak disalahgunakan.
“Yang jelas mungkin kita harus kuotakan. Tapi yang penting itu sistemnya. Jangan sampai dimanfaatkan oleh orang-orang tidak bertanggung jawab, tiket keluarga kan juga didata,” ujar Yusrinal Fitriandi.
Seperti diketahui banyak suporter yang menyoroti harga tiket musim ini. Kapasitas stadion yang dibatasi hanya 80 persen dari total 21.600 kursi, sehingga distribusi tiket perlu diperhitungkan dengan cermat.
“Pasti realistis (tiket pelajar), cuma pasti ada kuota. Kalau diisi pelajar semua ya kasihan lainnya,” imbuhnya.
Bagi manajemen, program tiket keluarga maupun wacana tiket pelajar adalah bentuk komitmen untuk mendengar aspirasi suporter.
“Tentang tiket bundling keluarga, tiket pelajar, insyaallah mau kita eksekusi. Satu-satu mulai kita turutin, tapi tidak bisa langsung. Memang harus terukur perhitungannya,” pungkasnya.
Dengan langkah ini, klub berjuluk Singo Edan itu berharap pertandingan sepak bola bukan hanya ajang adu strategi di lapangan, tetapi juga ruang kebersamaan yang menyatukan keluarga dan komunitas di Malang Raya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang