Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sosiolog UMM Sebut Ada Indikasi Kelompok Anarkis Tunggangi Aksi Mahasiswa

Kompas.com, 2 September 2025, 15:22 WIB
Nugraha Perdana,
Andi Hartik

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Sosiolog dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Luluk Dwi Kumalasari menyebut adanya indikasi kelompok anarkis atau perusak yang memanfaatkan momentum unjuk rasa mahasiswa di berbagai daerah.

Menurutnya, situasi unjuk rasa yang berujung ricuh dan anarkistis disebabkan oleh adanya sekelompok oknum yang tidak bertanggung jawab.

"Situasi kacau dan adanya unsur yang menunggangi dengan misi tersendiri, membuat aksi cenderung anarkis dan penuh kekerasan," kata Luluk pada Selasa (2/9/2025).

Baca juga: Alasan Demo 3 September di Surabaya Ditunda dan Posko Donasi Dibongkar

Ia menambahkan bahwa kondisi ini menjadi salah satu alasan utama beberapa elemen mahasiswa, termasuk BEM UMM, memutuskan untuk menarik diri demi menjaga keselamatan.

Secara sosiologis, Luluk menjelaskan bahwa kerumunan massa (crowd) dalam sebuah aksi memang bersifat spontan dan rentan. Bahaya muncul ketika kerumunan tersebut disusupi oleh pihak luar yang memiliki tujuan di luar kesepakatan awal para demonstran.

"Kerumunan dalam aksi saat ini yang diwarnai kerusuhan dan penjarahan dapat disebut sebagai lawless crowd atau kerumunan yang berlawanan dengan norma sosial," paparnya.

Baca juga: Sepatu Dijarah Saat Demo, Tukang Sol Purwokerto: Saya Bisa Buka Lagi, Terima Kasih

Keputusan mahasiswa dan elemen mahasiswa untuk mundur dari aksi dinilai sebagai tindakan yang rasional dan bijak.

"Itu adalah sikap yang tepat karena tidak sepakat dengan kekerasan dan untuk menghindari risiko negatif dari pihak yang tidak bertanggung jawab," ujar Luluk.

Aparat tak boleh represif

Menanggapi pengerahan besar-besaran aparat keamanan dari TNI dan Polri, Luluk mengkritik keras pendekatan yang represif jika dilakukan. Menurutnya, tindakan tersebut justru kontraproduktif dan dapat mencederai hak-hak warga negara serta nilai-nilai demokrasi yang diperjuangkan.

"Seharusnya dalam sebuah aksi, tindakan represif aparat tidak perlu dilakukan. Ini justru bisa menurunkan kualitas kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan membuat mereka takut menyuarakan aspirasi," katanya.

Menurutnya, di tengah permasalahan bangsa yang kompleks, aparat seharusnya hadir untuk menciptakan situasi kondusif, mendampingi aksi secara damai, dan memahami maksud dari tuntutan rakyat.

"Rakyat harusnya diberikan tontonan damai dari aparat demi membangun kembali kepercayaan atas solusi dari permasalahan yang ada," katanya.

Luluk juga menekankan bahwa pemerintah saat ini harus melakukan koreksi diri secara besar-besaran agar situasi dapat kembali damai dan tuntutan keadilan dari rakyat bisa dipenuhi.

Ia juga memberikan peringatan keras kepada para wakil rakyat di parlemen agar tidak lagi mencederai kepercayaan publik dengan kebohongan atau janji palsu.

"Wakil rakyat harus berhati-hati menggunakan nama rakyat. Ingat bahwa mereka duduk di kursi dewan yang terhormat adalah karena kepercayaan rakyat," pungkasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau