Salin Artikel

Sosiolog UMM Sebut Ada Indikasi Kelompok Anarkis Tunggangi Aksi Mahasiswa

MALANG, KOMPAS.com - Sosiolog dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Luluk Dwi Kumalasari menyebut adanya indikasi kelompok anarkis atau perusak yang memanfaatkan momentum unjuk rasa mahasiswa di berbagai daerah.

Menurutnya, situasi unjuk rasa yang berujung ricuh dan anarkistis disebabkan oleh adanya sekelompok oknum yang tidak bertanggung jawab.

"Situasi kacau dan adanya unsur yang menunggangi dengan misi tersendiri, membuat aksi cenderung anarkis dan penuh kekerasan," kata Luluk pada Selasa (2/9/2025).

Ia menambahkan bahwa kondisi ini menjadi salah satu alasan utama beberapa elemen mahasiswa, termasuk BEM UMM, memutuskan untuk menarik diri demi menjaga keselamatan.

Secara sosiologis, Luluk menjelaskan bahwa kerumunan massa (crowd) dalam sebuah aksi memang bersifat spontan dan rentan. Bahaya muncul ketika kerumunan tersebut disusupi oleh pihak luar yang memiliki tujuan di luar kesepakatan awal para demonstran.

"Kerumunan dalam aksi saat ini yang diwarnai kerusuhan dan penjarahan dapat disebut sebagai lawless crowd atau kerumunan yang berlawanan dengan norma sosial," paparnya.

Keputusan mahasiswa dan elemen mahasiswa untuk mundur dari aksi dinilai sebagai tindakan yang rasional dan bijak.

"Itu adalah sikap yang tepat karena tidak sepakat dengan kekerasan dan untuk menghindari risiko negatif dari pihak yang tidak bertanggung jawab," ujar Luluk.

Aparat tak boleh represif

Menanggapi pengerahan besar-besaran aparat keamanan dari TNI dan Polri, Luluk mengkritik keras pendekatan yang represif jika dilakukan. Menurutnya, tindakan tersebut justru kontraproduktif dan dapat mencederai hak-hak warga negara serta nilai-nilai demokrasi yang diperjuangkan.

"Seharusnya dalam sebuah aksi, tindakan represif aparat tidak perlu dilakukan. Ini justru bisa menurunkan kualitas kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan membuat mereka takut menyuarakan aspirasi," katanya.

Menurutnya, di tengah permasalahan bangsa yang kompleks, aparat seharusnya hadir untuk menciptakan situasi kondusif, mendampingi aksi secara damai, dan memahami maksud dari tuntutan rakyat.

"Rakyat harusnya diberikan tontonan damai dari aparat demi membangun kembali kepercayaan atas solusi dari permasalahan yang ada," katanya.

Luluk juga menekankan bahwa pemerintah saat ini harus melakukan koreksi diri secara besar-besaran agar situasi dapat kembali damai dan tuntutan keadilan dari rakyat bisa dipenuhi.

Ia juga memberikan peringatan keras kepada para wakil rakyat di parlemen agar tidak lagi mencederai kepercayaan publik dengan kebohongan atau janji palsu.

"Wakil rakyat harus berhati-hati menggunakan nama rakyat. Ingat bahwa mereka duduk di kursi dewan yang terhormat adalah karena kepercayaan rakyat," pungkasnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/09/02/152256978/sosiolog-umm-sebut-ada-indikasi-kelompok-anarkis-tunggangi-aksi-mahasiswa

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com