Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemprov Jatim Imbau ASN Tak Gunakan Seragam dan Plat Mobil Dinas, Pakar: Kebijakan Jangka Pendek yang Positif

Kompas.com, 1 September 2025, 13:56 WIB
Izzatun Najibah,
Bilal Ramadhan

Tim Redaksi

SURABAYA , KOMPAS.com - Pakar kebijakan publik menilai imbauan untuk Aparatur Sipil Negara (ASN) tak menggunakan seragam dinas dan plat mobil dinas merupakan kebijakan jangka pendek yang positif.

Badan Kepegawaian Daerah Pemprov Jatim melalui surat nomor 800/5815/204.1/2025 menyarankan agar pegawai pemerintah tidak menggunakan seragam dinas dan plat mobil dinas selama satu pekan ke depan 1-4 September 2025.

Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi kejadian kurang kondusif yang terjadi belakangan ini di wilayah Surabaya dan sekitarnya.

Pakar Kebijakan Publik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Parlaungan Iffah Nasution atau yang akrab disapa Ucok menilai kebijakan jangka pendek ini cukup positif.

“Kalau melihat dari ketegangan sosial, politik meningkat beberapa hari terakhir ini, saya pikir ini kebijakan jangka pendek yang cukup positif,” katanya kepada Kompas.com, Senin (1/9/2025).

Baca juga: ASN Pemprov Jateng Ngantor Tak Pakai Seragam Khaki, Pelajar Semarang Diimbau Tak Ikut Demo

Menurutnya, ketegangan sosial politik yang terjadi beberapa hari belakangan cukup menggambarkan dikotomi antara pemerintah dan masyarakat yang resisten.

“Jadi amukan massa yang kemudian makin tidak terkendali itu terluapkan sasarannya pemerintah, dimana ASN-ASN yang baik di lapangan atau birokrasi itu representasi pemerintah,” ujar akademisi lulusan Georgia State University tersebut.

Lebih lanjut, Ucok mengatakan kebijakan pendek dan reaktif juga terjadi pada sekolah libur serta kampus memutuskan untuk pembelajaran daring.

“Untuk mencegah adanya tambahan korban baru. Karena demonstrasi belakangan ini rentan disusupi oleh kelompok berkepentingan memprovokasi,” bebernya.

Baca juga: 32 Sekolah di Bandung Terapkan Pembelajaran Jarak Jauh, ASN Tetap Kerja NormalBaca juga: 32 Sekolah di Bandung Terapkan Pembelajaran Jarak Jauh, ASN Tetap Kerja Normal

Kendati demikian, dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Unair tersebut menegaskan bahwa kebijakan pendek ini tidak dapat menyelesaikan dinamika yang terjadi.

“Yang menjadi akar masalah adalah tidak adanya rasa kepercayaannya publik terhadap institusi DPR dan Polri yang dianggap tidak berpihak kepada masyarakat,” terang akademisi asal Madura tersebut.

Selain itu, akar masalah lain adalah lemahnya komunikasi pemerintah terhadap masyarakat yang dapat dilihat dari belum adanya ruang dialog efektif untuk menyerap aspirasi.

“Saya kira perlu turun langsung untuk menemui masyarakat mendengar aspirasinya. Kemudian benar-benar diterima, ditindaklanjuti, intinya secara terbuka,” terangnya

Apabila tuntutan demi tuntutan masyarakat tidak kunjung ditindaklanjuti, maka tidak menutup kemungkinan adanya reaksi gelombang massa yang muncul kembali.

“Tapi lebih dari itu, sebetulnya adalah reformasi kelembagaannya baik DPR maupun Polri bagaimana kemudian lembaga ini diatur. Secara karakteristik dia dipilih secara elektoral tetapi jangan sampai aspek merit sistemnya terlupakan,” ujarnya.

Baca juga: ASN Pemkab Banyumas Diminta Tak Pakai Seragam Dinas Imbas Demo Anarkistis

Oleh sebab itu, Ucok menyarankan agar pemerintah melakukan reformasi kelembagaan Polri dan DPR.

Kemudian Pemerintah Indonesia memperbaiki tata kelolanya terkait penegakan hukum, pengawasan, dan akuntabilitas publik.

“Jadi kebijakan apa yang direkomendasikan, reformasi kelembagaan Polri, dan DPR. Kemudian penguatan sistem kaderisasi partai. Saya kira akarnya di situ agar caleg tidak hanya bermodal uang, popularitas, tapi ada kompetensinya, ada merit basenya yang kemudian menjadi rujukan dalam pemilihan anggota dewan,” pungkasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Wisatawan Lansia Dipungli 'Uang Pengawalan' Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Wisatawan Lansia Dipungli "Uang Pengawalan" Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Surabaya
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
Surabaya
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Surabaya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau