SURABAYA, KOMPAS.com - Peningkatan kasus campak pada anak, khususnya di Jawa Timur, menimbulkan kekhawatiran di tengah masyarakat.
Terlebih, angka kematian akibat campak cukup tinggi, khususnya di Kabupaten Sumenep.
Dosen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga (Unair), Prof Irwanto menjelaskan, kematian akibat campak biasanya disebabakan karena adanya komplikasi yang dapat menimbulkan infeksi paru-paru hingga otak.
Baca juga: Dinkes Sebut 36 Anak yang Terkena Campak di Jember Belum Divaksin
Komplikasi tersebut biasanya terjadi karena penanganan awal penderita campak yang tidak tertangani dengan baik.
“Kalau terjadi komplikasi akan menimbulkan kematian apabila tidak ditangani dengan baik. Misalnya ada infeksi paru-paru, pneumonia, kemudian sampai gagal napas, enggak ada alat bantu napas, ya akhirnya kan enggak tertolong,” kata Irwanto saat dihubungi Kompas.com, Kamis (28/8/2025).
Baca juga: Imunisasi Massal Campak di Pamekasan Sasar 5.016 Balita
Ia menuturkan, pemicu terjadinya komplikasi tersebut disebabkan banyak faktor. Seperti gizi buruk, kekurangan vitamin A, hingga belum mendapatkan imunisasi.
“Tergantung daripada kondisi tubuh, kemudian juga kadar vitaminnya, terutama vitamin A, sudah diimunisasi atau belum sehingga komplikasinya kalau tidak ditangani dengan baik, bisa mengakibatkan meninggal,” paparnya.
Irwanto menjelaskan terdapat ciri-ciri awal penderita campak pada anak yang wajib diketahui orangtua.
Di antaranya, ada batuk, pilek disertai panas yang berlangsung 3 hingga 4 hari. Kemudian, mulai muncul ruam-ruam kemerahan.
“Kalau sudah muncul tanda-tanda seperti itu segera lakukan konsultasi ke dokter,” tuturnya.
Selain itu, lanjutnya, terdapat beberapa langkah penanganan awal yang bisa dilakukan saat mengetahui anak terjangkit campak.
Pastikan anak mendapatkan istirahat yang cukup dan banyak minum agar kebutuhan cairannya terpenuhi untuk mencegah dehidrasi.
Selanjutnya, segera berikan obat penurun panas seperti paracetamol, sesuai dosis yang dianjurkan oleh dokter atau yang tertera pada kemasan.
Tidak lupa juga, selalu menjaga kebersihan mata dan menghindari paparan cahaya terang karena mata bisa menjadi sensitif.
Ia juga menyarankan untuk melakukan isolasi mandiri pada penderita campak agar mencegah penularan ke orang sekitar.
“Karena penularan campak itu kan melalui droplet, apalagi sewaktu batuk pilek. Jadi selalu lakukan isolasi mandiri untuk mencegah penularan ke orang sekitar,” pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang