Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jejak Kisah di Balik Perpustakaan Medayu Agung, Eks Tahanan Politik Dipenjara 13 Tahun yang Hobi Membaca

Kompas.com, 13 Agustus 2025, 08:33 WIB
Azwa Safrina,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Berawal dari kecintaannya terhadap membaca buku, kini bisa menghadirkan manuskrip asli tetralogi Buru hingga ribuan buku sejarah sejak tahun 1900-an yang tersimpan dalam perpustakaan Medayu Agung, Surabaya.

Di balik bangunan putih sederhana yang bertempat di Jalan Medayu Selatan, Kecamatan Rungkut, Surabaya, Jawa Timur itu menjadi gudang sejuta ilmu dan catatan heroik sejak zaman penjajahan.

Pegawai perpustakaan Medayu Agung, Didin menceritakan awal mula berdirinya bangunan tersebut dari kesenangan Oei Hiem Hwie selaku pendiri perpustakaan, dalam membaca dan mengoleksi buku-buku edukasi dan sejarah.

Baca juga: Perpustakaan Taman Flora Surabaya, Tempat Membaca Buku Sambil Menikmati Udara Segar

Didin menjelaskan sebelum mendirikan perpustakaan, Hwie dulunya berprofesi sebagai jurnalis ‘Terompet Masyarakat’.

Lalu, dia sempat menjadi eks tahanan politik (eks-tapol) yang diasingkan di pulau Buru sejak adanya pemberontakan G30S/PKI 1965 karena tulisannya yang dianggap mengkritik pemerintah.

Setelah mendekam di penjara sekitar 13 tahun, Hwie akhirnya dibebaskan pada tahun 1979 dan bertemu dengan Haji Masagung, Tionghoa Muslim yang dikenal sebagai pendiri Toko Buku Gunung Agung dan Perpustakaan Yayasan Idayu.

Koleksi ratusan koran terbitan berbahasa Indonesia dan Mandatin tahun 1959-1980  di perpustakaan Medayu Agung milik Oei Hiem Hwie, Selasa (12/8/2025).KOMPAS.com/AZWA SAFRINA Koleksi ratusan koran terbitan berbahasa Indonesia dan Mandatin tahun 1959-1980 di perpustakaan Medayu Agung milik Oei Hiem Hwie, Selasa (12/8/2025).

Hwie pun akhirnya mendapat pekerjaan sebagai sekretaris pribadi Haji Masagung.

Selama bekerja bersama Haji Masagung, Hwie melanjutkan kesenangannya mengkliping koran dan mengoleksi berbagai buku dan majalah yang ada di Indonesia.

“Terus, gak lama setelah itu beliau dipasrahi untuk memegang CV Gunung Agung Jawa Timur yang kantor pusatnya di Surabaya,” ujar Didin saat ditemui Kompas.com, Selasa (12/8/2025).

Baca juga: Upaya Perpustakaan Daerah Kota Pasuruan di Tengah Minimnya Minat Baca

Sampai sekitar tahun awal 2000-an, Hwie bertemu degan teman dari komunitas Tionghoa yang memiliki ide mengembangkan koleksi buku-buku di perpustakaan pribadinya agar lebih besar dan dapat dibaca masyarakat.

“Kebetulan Pak Hwie bertemu teman-temannya yang jiwa sosialnya tinggi dan juga bisa dibilang cukup berkelimpahan harta, akhirnya tercetuslah ide untuk membuat perpustakaan,” tuturnya.

Akhirnya, Hwie bersama teman-temannya memutuskan mendirikan perpustakaannya sendiri yang kini bernama Medayu Agung pada tahun 2001.

Pemandangan perpustakaan Medayu Agung yang menyimpan jutaan kisah perjuangan Oei Hiem Hwie karena hobi membaca, Selasa (12/8/2025).KOMPAS.com/AZWA SAFRINA Pemandangan perpustakaan Medayu Agung yang menyimpan jutaan kisah perjuangan Oei Hiem Hwie karena hobi membaca, Selasa (12/8/2025).

“Dulunya itu masih ngontrak di rumah kecil di Jalan Badagan, Kecamatan Genteng. Tapi, karena koleksi semkain banyak dan tempatnya gak cukup akhirnya pindah ke sini tahun 2004,” paparnya.

Perpustakaan yang sudah berdiri 24 tahun itu, kini terdapat ribuan koleksi buku Soekarno, Adam Malik hingga buku asli tetralogi Buru milik Pramoedya Ananta Toer.

Selain itu, perpustakaan ini juga menyimpan ratusan koran terbitan berbahasa Indonesia dan Mandarin tahun 1959-1980.

Baca juga: Menyusuri Perpustakaan Mini di Gang Sempit di Surabaya

Di antaranya Suara Rakjat, Pewarta Soerabaia, Api Pantjasila, Ampera, Suluh Indonesia, Manifesto, Kengpo, Kedaulatan Rakyat, Djawa Pos, Surabaja Post, hingga Merdeka.

Hampir semua manuskrip kuno dan kliping karya Hwie juga berjejer tersimpan rapi di setiap sudut rak kayu tua itu.

Tak hanya itu, dari awal masuk pengunjung dapat langsung melihat berbagai koleksi poster, lukisan, foto, hingga barang-barang antik personal milik Soekarno.

Koleksi barang antik milik pribadi peninggalan mantan presiden Soekarno di perpustakaan Medayu Agung milik Oei Hiem Hwie, Selasa (12/8/2025).KOMPAS.com/AZWA SAFRINA Koleksi barang antik milik pribadi peninggalan mantan presiden Soekarno di perpustakaan Medayu Agung milik Oei Hiem Hwie, Selasa (12/8/2025).

“Pak Hwie itu kan juga fans nya Bung Karno ya, jadi memang banyak koleksi barang di sini yang berhubungan sama Bung Karno,” ujarnya.

Bahkan, lanjut Didin, motto yang selalu dipegang Hwie dalam mendirikan perpustakaan tersebut yakni “nation and character building”, merupakan kata-kata Bung Karno yang bermakna mencerdaskan dan membangun karakter bangsa agar menjadi generasi bermutu.

Oleh karenanya, perpustakaan Medayu Agung juga mulai memasukkan koleksinya ke dalam produk digital yang dapat diakses melalui media sosial.

Baca juga: Perpustakaan Inklusi di Manggarai Timur NTT, Ruang Hidup Inspiratif

“Jadi kalau ada buku baru juga selalu kita update, pengunjung bisa melihat koleksi kita di situ ada apa aja,” sebutnya.

Perpustakaan Medayu Agung buka setiap Senin sampai Jumat mulai pukul 09.00-14.00 WIB. Sementara hari Sabtu buka pukul 09.00 – 13.00 WIB.

“Kita juga biasanya seringkali mengadakan pameran untuk memperkenalkan koleksi buku-buku kita, nanti tanggal 22 Agustus mendatang kita juga akan ada pameran di C2O Library & Collabtive,” ucapnya.

Koleksi kliping dan majalah Tempo sejak tahun 1.900-an di perpustakaan Medayu Agung milik Oei Hiem Hwie, Selasa (12/8/2025).KOMPAS.com/AZWA SAFRINA Koleksi kliping dan majalah Tempo sejak tahun 1.900-an di perpustakaan Medayu Agung milik Oei Hiem Hwie, Selasa (12/8/2025).

Ia berharap melalui langkah kecil dengan keberadaan perpustakaan Medayu Agung itu dapat menumbuhkan kesadaran minat baca masyarakat Indonesia.

“Karena kalau enggak dari diri pribadi itu bakal susah (untuk menumbuhkan minat baca), jadi memang gimana caranya kita harus ada tempat yang nyaman untuk menumbuhkan kesadaran itu,” pungkasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Baca tentang


Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau