SURABAYA, KOMPAS.com - Di kawasan Kampung Lawas Maspati, tepatnya di Kelurahan Bubutan, Surabaya, terdapat sebuah kedai unik bernama Oemah Tua Coffee and Library.
Kedai ini terletak sekitar 500 meter dari Monumen Tugu Pahlawan, tepat di Gang Jalan Maspati V.
Kawasan ini dikenal dengan pesona bangunan rumah tua yang memiliki arsitektur khas zaman kolonial Hindia Belanda.
Salah satu gang di kawasan tersebut, dengan lebar hanya sekitar 1,5 meter, menyambut pengunjung dengan pintu besi berwarna kuning dan senyum ramah warga setempat.
Baca juga: Perpustakaan Inklusi di Manggarai Timur NTT, Ruang Hidup Inspiratif
Meskipun banyak bangunan yang telah diperbarui catnya, kayu dan fondasi rumah-rumah di sana tetap terlihat kokoh.
Setelah berjalan sekitar 50 meter, pengunjung akan menemukan rumah khas tempo dulu yang berdinding tebal dan berwarna kuning pudar.
Di dalamnya, terdapat rak buku yang menyimpan sekitar 400 eksemplar buku dari berbagai genre, mulai dari filsafat hingga novel.
Di samping rak buku, terlihat mesin jahit jadul dan televisi balok, menciptakan suasana nostalgia bagi siapa saja yang mengunjunginya.
Baca juga: Dibakar atau Memudar? Misteri Hancurnya Perpustakaan Alexandria
Bintang Aditya (27), pemilik Oemah Tua Coffee and Library, menjelaskan bahwa rumah ini merupakan warisan dari neneknya yang dibangun pada tahun 1907 dan dulunya sempat digunakan sebagai tempat produksi sepatu.
"Keluarga juga bilang kalau sejarahnya rumah ini pernah menjadi tempat berkumpulnya pemuda-pemuda Surabaya untuk mempersiapkan kemerdekaan," ungkap Bintang.
Setelah kosong selama enam tahun, Bintang memutuskan untuk memanfaatkan rumah tersebut.
"Awalnya pengin bangun rumah baca tapi butuh pemasukan juga untuk merawat rumah ini, akhirnya memutuskan sambil jualan kopi," katanya.
Meski tidak pernah menempuh pendidikan tinggi, Bintang memiliki kecintaan yang mendalam terhadap buku dan pernah aktif dalam komunitas pecinta literasi.
Buku-buku yang tersedia di Oemah Tua Coffee and Library sebagian merupakan koleksi pribadi Bintang dan sebagian lagi milik teman-temannya.
Meskipun pengunjung dapat membaca buku di tempat, Bintang belum memutuskan meminjamkan koleksi bukunya.
Perpustakaan mini di Oemah Tua Coffee and Library di Surabaya, Minggu (10/8/2025)"Saya takut buku yang selama ini dijaga dan dirawat kembali dalam kondisi rusak. Meski itu bagian dari risiko, saya lebih memilih menghindari daripada sakit hati," keluhnya.
Untuk mencegah kehilangan, Bintang memberikan stempel khusus bertulisan Oemah Tua di setiap halaman pertama buku.
"Sempat ada buku yang hilang. Dulu banyak tapi semakin berkurang sekarang soalnya mulai tak tata dan stempeli. Rencananya juga saya akan mendata secara digital," tuturnya.
Baca juga: Sulitnya Hidupkan Perpustakaan Desa
Selain menyediakan tempat membaca, Oemah Tua Coffee and Library juga menjual buku dari berbagai genre.
"Awalnya saya jadi reseller dari beberapa penerbit. Akhirnya antusiasme tinggi dan saya memutuskan untuk menjual bukunya di kedai," ungkap Bintang.
Bintang berharap koleksi bukunya semakin bertambah dan minat membaca masyarakat meningkat.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang