BANGKALAN, KOMPAS.com - Polemik pengenalan kehidupan kampus bagi mahasiswa baru (PKKMB) di Universitas Trunojoyo Madura (UTM) terus berlanjut.
Terbaru, beredar unggahan percakapan WhatsApp yang diduga melibatkan liaison officer (LO) yang meminta sejumlah uang dari mahasiswa baru.
Dalam percakapan tersebut, LO yang diduga berinisial F meminta mahasiswa baru segera membayar sebesar Rp 120.000.
Uang tersebut diklaim untuk pelunasan kebutuhan perlengkapan orientasi, makan siang, serta kertas manila.
Tangkapan layar chat itu diunggah akun TikTok @diarymaba dan telah dilihat oleh ribuan pengguna.
Baca juga: Polisi Tembak Kaki Pencuri Motor Mahasiswi Universitas Trunojoyo
Wakil Rektor III UTM Bidang Kemahasiswaan, Surokim, mengonfirmasi bahwa chat tersebut memang berasal dari LO yang terlibat dalam kegiatan PKKMB.
Ia juga menyatakan bahwa F telah dipanggil untuk memberikan klarifikasi.
"LO tersebut sudah dipanggil dan dimintai klarifikasi, itu (isi chat) tidak sepenuhnya benar. Selebihnya silakan hubungi Presma," ungkapnya, Rabu (6/8/2025).
Sementara itu, ketika dihubungi untuk memberikan tanggapan terkait isi chat LO tersebut, Presiden Mahasiswa (Presma) UTM, Fauzi, tidak memberikan respons.
Sebelumnya, insiden lain juga terjadi ketika seorang panitia PKKMB jatuh dari atas panggung, diduga akibat didorong mahasiswa baru.
Insiden ini dipicu adanya kesalahpahaman antara panitia dan mahasiswa baru.
Baca juga: BMKG Trunojoyo Peringatkan Nelayan Waspada Potensi Banjir Rob di Pamekasan
Protes dari mahasiswa baru tersebut muncul setelah mereka menuduh sejumlah LO melakukan pungutan liar (pungli) dalam bentuk penjualan kertas karton dan makanan siang.
"Jadi ada sekitar 15 mahasiswa menyampaikan aspirasi terkait dengan makan siang."
"Kan mahasiswa baru waktu istirahatnya terbatas, lalu ada LO yang berinisiatif membantu membelikan makan siang dan menjualnya kepada mahasiswa baru dengan harga yang berbeda."
"Di situlah muncul misskomunikasi yang dianggap sebagai pungli," ujar Surokim.
"Saya tegaskan tidak ada kewajiban beli ke LO, biar mahasiswa mencari sendiri agar tidak ada kesalahpahaman lagi," pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang