Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Tengah Fenomena Bendera One Piece, Pedagang Bendera Merah-Putih Berharap Dagangannya Laris

Kompas.com, 4 Agustus 2025, 20:11 WIB
Moh. Anas,
Icha Rastika

Tim Redaksi

PASURUAN, KOMPAS.com - Di tengah fenomena pemasangan bendera One Piece di sejumlah daerah, ada pedagang bendera merah putih di Kota Pasuruan yang berharap ramai pembeli. 

Dalam sehari, belum tentu dagangan mereka terjual.

Mereka hanya berharap bulan kemerdekaan ini menjadi momentum untuk menumbuhkan rasa nasionalisme dalam perayaan HUT RI ke-80.

Di trotoar bawah pepohonan jalan Panglima Sudirman Kota Pasuruan, Aep Syaefudin (45), pedagang bendera musiman asal Kabupaten Garut, Jawa Barat termenung sembari menatap bentangan bendera merah putih yang dijualnya. 

"Ya semua bendera disini sudah dibentangkan sebelum banyak orang pergi ke kantor atau siswa ke sekolah. Semoga dilirik dan dibeli," katanya sambil senyum, Senin (04/08/2025).

Baca juga: Ribuan Bendera Merah Putih Berkibar Membelah Sawah Kulon Progo Jelang HUT RI ke-80

Aep mengaku sudah 20 tahun lebih menjadi pedagang bendera musiman.

Dia datang di pekan terakhir bulan Juli lalu bersama puluhan pedagang lainnya yang sudah tersebar di daerah tapal kuda.

Tahun ini, ia menyoroti fenomena pemasangan bendera One Piece jelang perayaan kemerdekaan. 

"Lah ini kebetulan ramai bendera yang gambar tengkorak itu (One Piece), harusnya tetap beli bendera merah putih dong. Biar nasionalime juga tampak, saatnya bendera putih berkibar," katanya.

Jika dibandingkan tahun sebelumnya, daya beli bendera merah putih dirasakan lesu.

Biasanya, pada awal bulan Agustus, pembeli sudah ramai. Namun, pekan awal Agustus ini, pembeli masih sepi.

Aep membawa ribuan potong bendera berbagai ukuran dan jenis dengan harga mulai dari Rp 25.000 hingga Rp 400.000.

“Biasanya sehari bisa dapat Rp 5 juta, sekarang paling cuma Rp 1 juta,” ujarnya saat ditemui di lokasi.

Baca juga: Soal Bendera One Piece, Ansor: Silakan asal Tingginya Tak Melebihi Merah Putih

Senada dengan Aep, Riki Nugraha (30) juga merasakan sepinya pembeli bendera dan umbul-umbul untuk perayaan HUT ke-80 RI.

Riki merupakan penjual bendera musiman di Jalan Veteran, Bugul Kidul, Kota Pasuruan.

Menurut dia, pada awal bulan Agustus tahun ini, pembeli bendera merah-putih masih sepi. Maksimal terjual 10 buah per hari. 

Sementara itu, pada tahun sebelumnya bisa terjual 15 hingga 20 buah per hari saat awal Agustus.

Sejauh ini, dia mengaku ada saja orang yang menanyakan bendera One Piece padanya.

"Ya semoga saja bentuk protes rakyat itu tidak melunturkan nasionalisme. Tetap mengibarkan bendera merah putih di bulan Agustus. Lah ini ada saja yang menanyakan jualan bendera One Peace," katanya.

Lahenda (35), warga asal Bugul Kidul, Kecamatan Bugul Kidul, Kota Pasuruan tetap merayakan HUT RI ke-80. Dia membeli 7 bendera untuk dipasang di gapura masuk kawasan rumahnya.

"Ya saya tetap pasang bendera merah putih. Jangan bendera One Piece lah. Semoga rasa nasionalisme ini tidak tergerus dan semoga pejabat juga tidak melakukan korupsi lagi," katanya. 

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Surabaya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau