Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Bediding Melanda Surabaya, BMKG Ingatkan Waspada hingga Akhir Agustus

Kompas.com, 10 Juli 2025, 20:05 WIB
Azwa Safrina,
Bilal Ramadhan

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Akhir-akhir ini cuaca Surabaya terasa lebih dingin dari biasanya, terkhususnya pada malam hari.

Sedangkan, suhu panas menyengat terasa pada siang hari.

Fenomena ini disebut dengan bediding, yaitu istilah yang digunakan masyarakat Jawa Timur untuk menyebut fenomena turunnya suhu udara secara drastis di malam hingga dini hari selama musim kemarau.

Baca juga: Tangkapan Ikan Turun Drastis Imbas Cuaca Buruk, Nelayan Bangkalan: Ini Paceklik bagi Kami

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut fenomena bediding membuat malam di sejumlah wilayah Jawa Timur terasa lebih dingin dari biasanya dalam beberapa hari terakhir.

Prakirawan cuaca BMKG Kelas I Juanda, Siska Anggraeni menjelaskan fenomen bediding biasanya terjadi pada awal musim kemarau hingga puncak musim kemarau sekitar bulan Juli smapai Agustus.

“Dan memang berdasarkan pantauan BMKG Juanda, suhu di beberapa titik stasiun, serta pemantauan dari stasiun klimatologi itu juga sejak tanggal 1 Juli memang sudah mengalami penurunan suhu minimum,” kata Siska, Kamis (10/7/2025).

Baca juga: Waspada Cuaca Ekstrem dan Gelombang Laut Tinggi di Wilayah Pulau Lombok hingga Sumbawa

Ia menyebut adanya penurunan suhu terendah sampai menyentuh 22-24 derajat celcius, sementara suhu tertinggi pada siang hari sekitar 25-26 derajat celcius.

“Suhu minimum itu suhu yang paling terendah dalam waktu 24 jam, biasanya terjadi di dini hari. Perbedaan suhu dua derajat ini kan memang sangat terasa sekali kan ya, akan terasa lebih dingin bagi kita,” ucapnya.

Faktor penyebab fenomena bediding ini karena adanya angin muson Australia yang bertiup dari Benua Australia menuju Asia.

Angin muson ini membawa massa udara dingin dan kering, sehingga pada malam hari suhu udara bisa mencapai titik minimumnya dan terasa lebih dingin.

“Kemudian juga angin muson ini berlangsung biasanya pada puncak musim kemarau dan di Jawa Timur ini kan Juli sampai Agustus diprakirakan memang berada di puncak musim kemarau,” ujarnya.

Baca juga: BMKG Sebut Wilayah Jatim Berpotensi Alami Cuaca Ekstrem dan Bencana Hidrometeorologi

Selain itu, pada musim kemarau, uap air semakin berkurang yang menjadikan sedikitnya pembentukan awan di langit.

Maka, saat permukaan bumi melepaskan panas ke atmosfer tidak terhalang sehingga suhu udara pun menjadi lebih dingin.

“Karena awan itu sifatnya seperti selimut penghalang. Biasanya suhu akan terasa lebih dingin jika tutupan awan hampir tidak ada, karena panas dari bumi akan ke luar angkasa tanpa halangan dari awan," jelasnya.

Menurutnya, bediding merupakan fenomena normal yang terjadi setiap tahunnya dan hampir dialami seluruh wilayah Indonesia, khususnya bagian selatan.

Halaman:


Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau