Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PMI Kediri yang Bunuh Diri di Bandara Incheon Pernah Berkeluh Kesah ke Kades

Kompas.com, 4 Juli 2025, 20:26 WIB
M Agus Fauzul Hakim,
Icha Rastika

Tim Redaksi

KEDIRI, KOMPAS.com - Kepergian BA (30), seorang pekerja migran Indonesia (PMI) asal Desa Sukoharjo, Kecamatan Plemahan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, yang meninggal dunia diduga bunuh diri di Korea Selatan, meninggalkan duka mendalam bagi kerabatnya.

Rasa duka itu juga dirasakan oleh Ahmadi, Kepala Desa Sukoharjo, yang sebelumnya kerap berkomunikasi dengan almarhum BA melalui sambungan telepon.

“Saya juga kaget saat dapat kabar duka dari perangkat saya. Enggak menyangkanya sama sekali,” ujar Ahmadi pada Kompas.com, Jumat (4/7/2025).

Padahal, beberapa hari sebelumnya dia baru saja berkomunikasi melalui pesan singkat dengan almarhum BA.

Baca juga: Pekerja Migran yang Bunuh Diri di Bandara Incheon Dimakamkan di Kediri, Keluarga Dapat Santunan

Kebetulan, almarhum memang intens mengontak dirinya.

“Hampir setiap bulan almarhum menghubungi saya. Terakhir itu komunikasi via WhatsApp pada Selasa (24/6/2025). Lalu dapat kabar Almarhum meninggal di hari Jumat (27/6/2025) itu,” kata Ahmadi.

Dalam percakapan itu, keduanya berbincang-bincang ringan, seperti obrolan soal jadi perantau yang rindu kampung halamannya.

Saat itu, dia juga tidak mendapati kesan maupun gelagat yang berbeda dari pemuda yang baru berangkat ke Korea Selatan pada Februari 2024 itu.

Itu adalah perantauannya yang kedua setelah sebelumnya pergi ke negeri ginseng itu pada 2018.

Ahmadi juga kaget ketika mengetahui kabar bahwa warganya tersebut mengalami depresi sehingga diliburkan oleh perusahaan tempatnya bekerja di Korea Selatan.

“Ya, kami ngobrol baik-baik saja. Tidak ada tanda apa-apa. Selama ini ya bergurau saja. Bahkan sering saya bercandain agar segera nikah karena sudah dewasa,” kata Ahmadi.

Baca juga: Marak PMI Ilegal Jadi Scammer Judol, Menteri P2MI Tegaskan Tak Ada Kerja Sama Penempatan di Kamboja, Laos dan Myanmar

Adapun perihal adanya perbincangan di media sosial (medsos) yang menuding kematian almarhum berhubungan dengan judi online, Kades Ahmadi menjamin kabar itu keliru.

Ia memastikan bahwa meskipun cukup pendiam, almarhum tidak akan terjerumus ke perjudian.

“Enggaklah, anaknya enggak seperti itu (suka judi). Saya pastikan tidak,” kata dia. 

Pada perbincangan medsos, ada netizen yang menduga almarhum bersedih atas kepergian ibunya.

Perihal itu, menurut Kades, ibu almarhum meninggal dunia sekitar setahun yang lalu.

Saat itu, almarhum belum berangkat merantau.

Kendati begitu, Ahmadi mengatakan bahwa BA pernah berkeluh kesah kepadanya saat sudah sampai di Korea Selatan. 

Ia mengeluhkan kondisi bapaknya yang tengah sakit tetapi ia tak bisa merawatnya karena masih merantau.

“Lalu saya kasih nasihat, enggak usah pulang dan fokus saja di sana karena yang di rumah masih ada saudara-saudaranya yang bisa merawat bapaknya,” ujar Ahmadi.

“Dia (BA) juga bilang bahwa kondisinya belum bisa turut membantu renovasi rumah, tapi bapaknya (keburu) sakit,” kata Ahmadi.

Baca juga: 18 Calon Pekerja Migran Ilegal yang Diselamatkan di Bekasi Mau Dikirim ke Arab Saudi

Namun demikian, Kades Ahmadi mengaku tidak mengetahui perihal kondisi psikis BA.

Dia juga kaget ketika mendengar kabar BA mengalami depresi hingga menjadi penyebab kematiannya.

“Kalau soal depresi, saya enggak tahu. Biar petugas yang berwenang yang mengungkapnya,” katanya. 

BA warga Kediri, Jawa Timur, yang bekerja sebagai PMI manufaktur di Korea Selatan, meninggal dunia diduga bunuh diri dengan melompat dari lantai 3 gedung Bandara Incheon, Korea Selatan, pada 27 Juni 2025.

Keberadaan almarhum di bandara tersebut karena hendak pulang ke Tanah Air bersama sejumlah rekan-rekannya.

Dikutip dari Antara, Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (KP3MI) menyebut, berdasarkan pemeriksaan awal yang dilakukan pihak berwenang di Korsel, almarhum melakukan aksi bunuh diri diduga atas gangguan kejiwaan atau depresi.

Jenazah almarhum sudah dimakamkan di tempat pemakaman umum di desanya, Desa Sukoharjo, Kecamatan Plemahan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, usai kepulangan jenazah pada Kamis (3/7/2025).

Kontak bantuan

Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu.

Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup. Anda tidak sendiri. Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada.

Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling, Anda bisa menyimak laman Into the Light Indonesia.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau