Rasa duka itu juga dirasakan oleh Ahmadi, Kepala Desa Sukoharjo, yang sebelumnya kerap berkomunikasi dengan almarhum BA melalui sambungan telepon.
“Saya juga kaget saat dapat kabar duka dari perangkat saya. Enggak menyangkanya sama sekali,” ujar Ahmadi pada Kompas.com, Jumat (4/7/2025).
Padahal, beberapa hari sebelumnya dia baru saja berkomunikasi melalui pesan singkat dengan almarhum BA.
Kebetulan, almarhum memang intens mengontak dirinya.
“Hampir setiap bulan almarhum menghubungi saya. Terakhir itu komunikasi via WhatsApp pada Selasa (24/6/2025). Lalu dapat kabar Almarhum meninggal di hari Jumat (27/6/2025) itu,” kata Ahmadi.
Dalam percakapan itu, keduanya berbincang-bincang ringan, seperti obrolan soal jadi perantau yang rindu kampung halamannya.
Saat itu, dia juga tidak mendapati kesan maupun gelagat yang berbeda dari pemuda yang baru berangkat ke Korea Selatan pada Februari 2024 itu.
Itu adalah perantauannya yang kedua setelah sebelumnya pergi ke negeri ginseng itu pada 2018.
Ahmadi juga kaget ketika mengetahui kabar bahwa warganya tersebut mengalami depresi sehingga diliburkan oleh perusahaan tempatnya bekerja di Korea Selatan.
“Ya, kami ngobrol baik-baik saja. Tidak ada tanda apa-apa. Selama ini ya bergurau saja. Bahkan sering saya bercandain agar segera nikah karena sudah dewasa,” kata Ahmadi.
Adapun perihal adanya perbincangan di media sosial (medsos) yang menuding kematian almarhum berhubungan dengan judi online, Kades Ahmadi menjamin kabar itu keliru.
Ia memastikan bahwa meskipun cukup pendiam, almarhum tidak akan terjerumus ke perjudian.
“Enggaklah, anaknya enggak seperti itu (suka judi). Saya pastikan tidak,” kata dia.
Pada perbincangan medsos, ada netizen yang menduga almarhum bersedih atas kepergian ibunya.
Perihal itu, menurut Kades, ibu almarhum meninggal dunia sekitar setahun yang lalu.
Saat itu, almarhum belum berangkat merantau.
Kendati begitu, Ahmadi mengatakan bahwa BA pernah berkeluh kesah kepadanya saat sudah sampai di Korea Selatan.
Ia mengeluhkan kondisi bapaknya yang tengah sakit tetapi ia tak bisa merawatnya karena masih merantau.
“Lalu saya kasih nasihat, enggak usah pulang dan fokus saja di sana karena yang di rumah masih ada saudara-saudaranya yang bisa merawat bapaknya,” ujar Ahmadi.
“Dia (BA) juga bilang bahwa kondisinya belum bisa turut membantu renovasi rumah, tapi bapaknya (keburu) sakit,” kata Ahmadi.
Namun demikian, Kades Ahmadi mengaku tidak mengetahui perihal kondisi psikis BA.
Dia juga kaget ketika mendengar kabar BA mengalami depresi hingga menjadi penyebab kematiannya.
“Kalau soal depresi, saya enggak tahu. Biar petugas yang berwenang yang mengungkapnya,” katanya.
BA warga Kediri, Jawa Timur, yang bekerja sebagai PMI manufaktur di Korea Selatan, meninggal dunia diduga bunuh diri dengan melompat dari lantai 3 gedung Bandara Incheon, Korea Selatan, pada 27 Juni 2025.
Keberadaan almarhum di bandara tersebut karena hendak pulang ke Tanah Air bersama sejumlah rekan-rekannya.
Dikutip dari Antara, Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (KP3MI) menyebut, berdasarkan pemeriksaan awal yang dilakukan pihak berwenang di Korsel, almarhum melakukan aksi bunuh diri diduga atas gangguan kejiwaan atau depresi.
Jenazah almarhum sudah dimakamkan di tempat pemakaman umum di desanya, Desa Sukoharjo, Kecamatan Plemahan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, usai kepulangan jenazah pada Kamis (3/7/2025).
Kontak bantuan
Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu.
Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup. Anda tidak sendiri. Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada.
Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling, Anda bisa menyimak laman Into the Light Indonesia.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/07/04/202648278/pmi-kediri-yang-bunuh-diri-di-bandara-incheon-pernah-berkeluh-kesah-ke