Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dituding Buang Ibunya, Anak Nasikah Beri Klarifikasi soal Pernyataan “Sudah Jalannya”

Kompas.com, 1 Juli 2025, 07:11 WIB
Izzatun Najibah,
Andi Hartik

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Fitriya, anak kedua Nasikah memberikah klarifikasi soal penyataannya “pun dalane (sudah jalannya)”.

Kisah Fitriya bersama saudaranya, Sri Rahayu (42) yang mengantar ibunya, Nasikah (74), ke Griya Lansia Husnul Khatimah Malang viral usai diunggah Ketua Yayasan Griya Lansia, Arief Camra ke media sosial.

Dalam video yang diunggah Arief Camra (kini sudah di-take down), Arief menuliskan keterangan “Dua anak kandung buang ibunya ke Griya Lansia, Sidoarjo, Jumat 27 Juni 2025. Jangan nangis dengan berita ini. Dalam draft yang ditandatangani, jika beliau ini tutup usia, maka dua anaknya enggak perlu dikabari”.

Baca juga: Pengakuan Nasikah, Nenek di Surabaya yang Dituding Dibuang Anaknya ke Griya Lansia

Arief mengaku sebelumnya menolak niatan Fitriya yang menitipkan ibunya dengan alasan Nasikah masih memiliki keluarga.

“Karena terjadi perselisihan antar-saudara, saling lempar tanggung jawab ibunya, maka terpaksa saya beri tawaran yang agak berat,” kata Arief dalam media sosialnya.

Baca juga: Pengakuan Anak yang Titipkan Ibunya ke Griya Lansia Malang: Niat Saya Cuma Minta Bantuan, tetapi Kok Diviralkan?

Arief memberikan tawaran, Nasikah boleh dititipkan dengan syarat tidak boleh dijenguk dan ketika meninggal tidak akan dikabari.

“Supaya niatan itu tidak terwujud. Tapi niatan beliau sampai hari H masih menggebu-gebu untuk menyerahkan,” ujarnya.

Arief pun mengunggah konten saat Fitrinya dan saudaranya menyerahkan ibunya karena alasan sebagai tanggung jawab transparansi ke donatur.

Namun, pihak keluarga Nasikah membantah semua tudingan tersebut. Sebab, dalam percakapan WhatsApp, Arief mengatakan bahwa akan mengabarkan keluarga bila terjadi sesuatu pada Nasikah.

Selain itu, keluarga juga berniat menitipkan, bukan membuang. Karena pihak keluarga mengklaim akan sering menjenguk.

Dalam video tersebut, Fitriya mengatakan sudah jalannya. “Pun dalane (sudah jalannya).” Dia pun menjelaskan maksud dari pernyataan tersebut.

Menurutnya, kalimat sudah jalannya itu mengartikan bahwa akhirnya dia bisa mendapatkan tempat untuk bisa menitip dan menerima ibunya.

Pun dalane itu maksudnya sudah jalannya akhirnya bisa nitip ke Griya Lansia. Karena kan sebelumnya nyoba ke pemerintah tidak bisa,” kata Fitriya, Senin (30/6/2025).

Pada tahun 2024, Fitrinya berencana menitipkan Nasikah ke Rumah Dinas Sosial milik Pemprov Jatim. Namun, rencana Fitrinya tidak disetujui dengan alasan Nasikah masih memiliki keluarga dan terikat dengan Perwali Kota Surabaya.

“Kan ada anak, meskipun tidak punya rumah tidak bisa diterima. Akhirnya saya dapat info dari teman soal Griya Lansia,” ungkapnya.

Baca juga: Anak Nasikah Tak Terima Dituding Buang Ibunya ke Griya Lansia

Dia mendapat informasi bahwa menitipkan anak ke Griya Lansia tidak dipungut biaya dan akan dirawat dengan baik. Akhirnya, Fitriya pun menghubungi Ketua Yayasan Griya Lansia, Arief Camra.

“Enak gratis, ternyata benar diterima dengan baik tapi ujung-ujungnya dikontenin dengan judul seperti itu. Sebenarnya tidak begitu mbak,” ujarnya.

Sementara alasan ingin menitipkan ibunya ke tempat lain karena dia dan kakaknya tidak memiliki rumah pribadi.

Fitriya tinggal di rumah mertua yang hanya berukuran 4x4 meter dan ditinggali oleh lima kepala selama dua tahun dinilai terlalu sesak.

Begitupun yang dirasakan oleh anak pertamanya Nasikah, Sri Rahayu yang masih tinggal dengan mertuanya. Sedangkan anak ketiganya sudah meninggal.

Sehingga, mereka berniat menitipkan Nasikah ke tempat lain. 

Setelah konten Arief Camra viral, Fitri pun kembali menjemput ibunya dan menyewa satu kamar kos di kawasan Babatan, Surabaya. Keluarga besar secara bergantian menjaga Nasikah di kos.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Wisatawan Lansia Dipungli 'Uang Pengawalan' Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Wisatawan Lansia Dipungli "Uang Pengawalan" Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Surabaya
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
Surabaya
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Surabaya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau