MALANG, KOMPAS.com - Seribu hari telah berlalu sejak tragedi kelam di Stadion Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang, Jawa Timur yang merenggut ratusan nyawa pada 1 Oktober 2022 lalu.
Hari Kamis (26/6/2025) menjadi momen yang penuh makna bagi keluarga korban, Aremania dan seluruh pecinta sepak bola Indonesia.
Namun, luka itu belum sembuh, duka itu belum usai karena ingatan akan malam penuh kepedihan itu masih begitu lekat di hati banyak orang.
Bertempat di Stadion Kanjuruhan, suasana latihan Arema FC pada hari itu terasa berbeda. Setelah sesi latihan selesai, semua anggota tim tidak langsung meninggalkan lapangan.
Baca juga: 1.000 Hari Tragedi Kanjuruhan, Verlitha Tetap Tersenyum Meski Sakit Kadang Kembali
Sebaliknya, setelah berganti pakaian, mereka berkumpul di pinggir rumput hijau yang pernah menjadi saksi bisu peristiwa memilukan tersebut. Dengan kepala tertunduk, tangan menengadah memanjatkan doa.
Dipimpin seorang ustadz, seluruh pemain, pelatih, staf tim, hingga manajemen klub larut dalam tahlilan dan doa bersama untuk para korban yang telah pergi lebih dulu.
Suasana doa bersama memperingati 1000 hari Tragedi Kanjuruhan yang diikuti seluruh anggota tim Arema FC di pinggir lapangan Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Kamis (26/6/2025) malam.Doa yang juga diiringi harapan agar para korban diberikan tempat terbaik di sisi-Nya.
Harapan agar keadilan yang selama ini diperjuangkan keluarga korban dapat ditegakkan dan harapan agar Arema FC bisa melangkah ke arah yang lebih baik, dalam semangat baru yang bersih dari luka masa lalu.
“Inti dari pembacaan doa ini ialah untuk mendoakan mereka yang telah tiada saat tragedi kemarin,” kata General Manager Arema FC, Yusrinal Fitriandi kepada jurnalis termasuk Kompas.com.
Kemudian pada malam harinya, doa pun kembali bergema di depan Gate 13, area yang kini menjadi simbol luka Aremania. Doa kembali dipanjatkan yang bertepatan pula dengan malam 1 Suro dalam kalender Jawa.
Sebuah malam yang sakral, malam pergantian tahun yang penuh makna bagi masyarakat Jawa.
Dalam suasana hening yang syahdu, keluarga korban dan warga Malang Raya berjumlah kurang lebih 300 orang berkumpul dalam doa bersama yang dimulai pukul 22.00 WIB.
Baca juga: 1.000 Hari Tragedi Kanjuruhan, Luka Tak Kasatmata di Kaki dan Hati Bagas Satria
"Semoga keluarga korban tragedi Kanjuruhan diberikan kemudahan dalam memperjuangkan keadilan yang harus ditegakkan di negara kita," ujar sang ustadz, dengan suara berat dan mata yang basah.
Sementara itu, organisasi suporter Aremania Utas memilih tidak menggelar kegiatan khusus pada 1.000 hari Tragedi Kanjuruhan itu. Sebagai bentuk penghormatan terhadap keinginan para keluarga korban.
"Presidium tidak membuat sebuah kegiatan di seribu hari Tragedi Kanjuruhan. Kami ingin membersamai mereka," kata Koordinator Presidium Aremania Utas, M Ali Rifki.
Ia menyebutkan setelah berdoa bersama di Stadion Kanjuruhan bersama Arema FC, pada malam harinya mengunjungi salah satu rumah keluarga korban.
Suasana memperingati 1000 hari Tragedi Kanjuruhan yang dihadiri nawak-nawak Malang Raya di depan Gate 13 Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Kamis (26/6/2025) malam.Bagi Presidium Aremania, kehadiran dalam kesederhanaan lebih bermakna daripada sekadar acara seremonial.
Namun begitu, mereka tengah mempersiapkan agenda yang lebih besar: Haul Akbar pada 1 Oktober 2025, tepat tiga tahun tragedi itu terjadi.
"Nanti di 1 Oktober 2025 akan ada haul akbar dari presidium," imbuhnya.
Seribu hari Tragedi Kanjuruhan bukan sekadar hitungan waktu. Tetapi cermin betapa panjang dan beratnya perjalanan mencari keadilan, menata duka, dan menjaga api kenangan agar tidak padam.
Baca juga: Seribu Hari Keadilan Tertiup Angin di Kanjuruhan
Tragedi Kanjuruhan bukan hanya catatan hitam dalam sejarah sepak bola nasional, tetapi juga luka kemanusiaan yang mengajarkan banyak hal: tentang keselamatan, tanggung jawab, dan kemanusiaan itu sendiri.
Dalam doa yang melangit dan harapan yang tak pernah mati, semua pihak berharap tragedi ini tidak akan pernah terulang kembali.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang