"Jalan tersebut sudah menjadi prioritas, kami sudah koordinasi dengan UPTD dan para penambang dimana penambang menyiapkan material sementara PU menyiapkan aspal. Namun karena traffic yang tinggi di jalan tersebut jadi cepat rusak,” ucapnya.
Baca juga: Dalam Hitungan Detik, Swedia Bisa Tuntaskan Perbaikan Jalan Rusak
Aksi ini melibatkan perwakilan RT/RW, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan sejumlah elemen warga setempat.
Mereka menuntut perhatian langsung dari Bupati Magetan dan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) terhadap kerusakan Jalan Tanjungsepreh yang dianggap luput dari pembangunan.
Warga menyatakan bahwa jalan tersebut menjadi jalur penting yang menghubungkan ke Pondok Pesantren Temboro dan kawasan wisata reliji.
Namun, truk over dimension over loading (ODOL) yang kerap melintas dianggap memperparah kondisi jalan.
Aksi hari ini pun diwarnai dengan pemblokiran jalan dan pelarangan truk muatan berat melintas, kecuali truk yang membawa hasil produksi warga seperti tebu dan genteng.
"Jalan ini sudah rusak parah, sudah dua kali kami aksi. Dulu tahun 2017 pernah, tapi belum ada perubahan berarti. Jalannya sempit, sering terjadi kecelakaan, dan sangat mengganggu aktivitas warga,” ujar Kingkin Prasetyo, salah satu warga yang ikut dalam aksi.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang